REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febrian Fachri, Nawir Arsyad Akbar, Antara
Litbang Kompas, pada Senin (11/12/2023) merilis hasil survei terbaru terkait elektabilitas pasangan capres-cawapres. Elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran berada di peringkat pertama dengan 39,3 Persen, sementara pasangan Anies-Muhaimin dengan angka 16,7 Persen menyalip elektabilitas pasangan Ganjar-Mahfud sebesar 15,3 Persen.
Pengamat politik dari Universitas Andalas, Najmuddin Rasul, menilai, kenaikan angka elektabilitas Anies-Muhaimin tak terlepas dari 'perang' antara kubu Prabowo dan Ganjar yang selama ini diyakini memiliki ceruk suara yang sama. Menurut Majmuddin, pasangan Anies-Muhaimin masih bisa mendongkrak angka elektabilitas mereka merujuk pada besarnya angka undecided voters sebesar 28,7 persen.
“Ketika kubu Ganjar terlibat perang dengan kubu Prabowo, Anies justru mantap menaikkan elektabilitasnya bersama mesin partai Koalisi Perubahan,” kata Najmuddin, Senin (11/12/2023).
Ia menilai bila kubu Anies-Muhaimin fokus untuk menggarap undecided voters ini, bukan tidak mungkin pasangan AMIN akan dapat mengalahkan elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran di putaran kedua Pilpres 2024. Najmuddin mencatat beberapa faktor yang membuat elektabilitas AMIN naik adalah isu perubahan.
Di mana Anies dan Muhaimin mampu mengemasnya dalam bahasa yang logis dan analitis. Lalu menurut Najmuddin, adalah keseriusan kubu AMIN untuk mengkaji ulang pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke IKN Nusantara di Kalimantan.
“Anies bicara didukung dengan data dan kajian ilmiah yang menyatakan bahwa IKN belum dibutuhkan,” ucap Najmuddin.
Lalu yang membuat Anies mampu meyakinkan masyarakat pemilih adalah kemampuan intelektual dalam forum debat. Ia melihat Anies mampu bicara dengan gaya komunikasi yang khas, santun, didukung data serta pengalaman saat memimpin DKi Jakarta.
“Anies selalu pandai menyesuaikan diri termasuk dengan Gen Z dan milennial,” kata Najmuddin menambahkan.
Adapun terkait penurunan elektabilitas Ganjar-Mahfud, Najmuddin menilai, hal itu diduga lantaran narasi yang diusung Ganjar sejak awal adalah melanjutkan program Jokowi, termasuk berkomitmen melanjutkan pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke IKN Nusantara. Tetapi, sekarang Jokowi sudah jelas mendukung Prabowo yang berpasangan dengan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka.
"Saya lihat Ganjar dan PDIP tidak ada isu baru. Selain menyerang Prabowo dengan isu lama, menyerang Gibran dengan isu politik dinasti. Mestinya mereka fokus dengan isu pemberantasan KKN seperti yang cocok dengan Mahfud sang pendekar hukum," ujar Najmuddin.