Senin 11 Dec 2023 18:19 WIB

Tak Mampu Rasakan Kegembiraan? Waspada, Bisa Jadi Anda Alami Anhedonia

Anhedonia adalah ketidakmampuan untuk mengalami kegembiraan atau kesenangan.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Qommarria Rostanti
Anhedonia (ilustrasi). Anhedonia adalah ketidakmampuan untuk mengalami kegembiraan atau kesenangan.
Foto: Dok. Freepik
Anhedonia (ilustrasi). Anhedonia adalah ketidakmampuan untuk mengalami kegembiraan atau kesenangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada banyak gejala kesehatan mental yang dialami manusia. Salah satunya adalah anhedonia.

Bagi yang baru mendengar istilah ini, mungkin Anda pernah mengalaminya. Anhedonia adalah ketidakmampuan untuk mengalami kegembiraan atau kesenangan.

Baca Juga

Anda mungkin merasa mati rasa atau kurang tertarik pada hal-hal yang dulu Anda sukai. Ini adalah gejala umum dari banyak kondisi kesehatan mental seperti depresi.

Perawatan tersedia untuk membantu Anda mendapatkan kembali minat dalam aktivitas hidup, seperti berada di dekat orang-orang terkasih atau mendengarkan musik. Dengan anhedonia, Anda mendapatkan lebih sedikit kesenangan atau kegembiraan dalam melakukan hal-hal yang Anda sukai.

Ada dua jenis anhedonia, pertama sosial. Ini terjadi ketika Anda tidak menikmati berada di dekat orang lain. Sementara anhedonia fisik terjadi ketika sentuhan fisik, bau, atau suara tidak membuat Anda bahagia. Contohnya termasuk mendengarkan musik, makan atau berhubungan seks.

Seperti apa rasanya anhedonia?

Jika mengalami anhedonia, Anda mungkin merasa seperti ada kekosongan. Anda mungkin merasa seolah-olah sedang diikuti awan gelap yang menghalangi sinar matahari. Hal ini dapat berupa mati rasa, kebosanan, dan apatis.

Selain itu, Anda mungkin mengalami kesulitan tidur yang dapat memengaruhi suasana hati dan kemampuan Anda dalam menjalankan rutinitas harian. Hal ini juga dapat memengaruhi gairah seks atau libido.

Anda mungkin kesulitan menghabiskan waktu bersama orang lain. Anda juga mungkin merasa tidak punya apa pun untuk diberikan, baik itu cinta, kasih sayang, atau penghargaan. Hal ini dapat menyebabkan isolasi sosial atau gangguan kecemasan sosial. Anhedonia bisa menjadi gejala dari kondisi berikut:

-Depresi

-Skizofrenia

-Gangguan bipolar

-Gangguan penggunaan narkoba

-Penyakit Parkinson

-Gangguan stres pascatrauma

-Cedera otak traumatis

Apa penyebab anhedonia?

Dilansir Cleveland Clinic, Ahad (10/12/2023), penelitian sedang berlangsung untuk mempelajari lebih lanjut tentang penyebab anhedonia. Penelitian menunjukkan, hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya aktivitas di ventral striatum otak Anda. 

Area otak ini terletak di atas dan di belakang telinga Anda yang berisi pusat kesenangan otak untuk menerima dan memproduksi dopamin. Dopamin adalah hormon perasaan baik. Perubahan pada aktivitas di area otak ini dapat memengaruhi cara Anda memandang imbalan, seperti berada di dekat orang lain atau berpartisipasi dalam aktivitas tertentu.

Bagaimana cara mendiagnosis anhedonia?

Penyedia layanan kesehatan akan mencari gejala anhedonia dengan mengajukan pertanyaan tentang perasaan emosional dan suasana hati Anda. Mereka mungkin melakukan pemeriksaan fisik untuk menyingkirkan kondisi fisik lainnya. Mereka juga akan mengambil riwayat kesehatan lengkap selama pemeriksaan.

Karena anhedonia dapat dikaitkan dengan depresi, penyedia layanan kesehatan mungkin merekomendasikan tes darah untuk menentukan atau menyingkirkan kondisi mendasar yang dapat memengaruhi kesehatan mental Anda. Ini mungkin termasuk:

-Kekurangan vitamin D

-Ketidakseimbangan hormon tiroid (hipotiroidisme)

Bagaimana pengobatan anhedonia?

Tidak ada pengobatan khusus untuk anhedonia. Penyedia layanan kesehatan akan membantu meringankan gejala ini dengan mendiagnosis dan mengobati penyebab atau kondisi yang mendasarinya. Perawatan yang mungkin dilakukan meliputi:

-Terapi perilaku kognitif

-Obat antipsikotik

-Obat antidepresan

-Inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI)

-Suntikan ketamin

-Terapi elektrokonvulsif (ECT)

-Stimulasi magnetik transkranial (TMS)

Anda mungkin perlu menggabungkan perawatan, seperti pengobatan dan terapi perilaku kognitif. Beri tahu penyedia layanan kesehatan Anda jika Anda mengalami efek samping seperti pikiran untuk bunuh diri saat memulai pengobatan baru.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement