Selasa 12 Dec 2023 04:03 WIB

Debat Capres-Cawapres, Pentingnya Menghindari Sikap Menghakimi dalam Berdebat

Debat sendiri bukanlah sebuah tujuan.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Pekerja menyelesaikan tempat yang digunakan untuk debat capres dan cawapres Pemilu 2024 di Gedung KPU, Jakarta, Senin (11/12/2023). KPU akan menggelar lima kali debat yang diselenggarakan pada tanggal 12 dan 22 Desember 2023, 7 dan 14 Januari 2024 serta 4 Febuari 2024.
Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Pekerja menyelesaikan tempat yang digunakan untuk debat capres dan cawapres Pemilu 2024 di Gedung KPU, Jakarta, Senin (11/12/2023). KPU akan menggelar lima kali debat yang diselenggarakan pada tanggal 12 dan 22 Desember 2023, 7 dan 14 Januari 2024 serta 4 Febuari 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 12 Desember 2023 akan digelar debat calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres). Dalam Islam, ada adab berdebat yang bisa menjadi tuntunan.

Berdebat bertujuan meyakinkan lawan bicara, bukan untuk menghakimi pemikirannya. Dalam perdebatan, tidak menutup kemungkinan Anda yang salah dan dia yang benar.

Baca Juga

Ketika seseorang berdebat dengan menghindari sikap menghakimi, maka lawan debat pun akan membuka pikiran untuk menyimpulkan pemikirannya dan mendengarkan berbagai argumentasi yang disampaikan kepada dirinya.

Jika lawan debat berusaha mendukung argumentasinya untuk membatalkan argumentasi Anda tetapi gagal, dia tidak punya pilihan selain mengikuti argumentasi Anda, selama argumentasi tersebut bisa mengalahkannya. Inilah yang diharapkan dalam sebuah perdebatan.

Allah SWT berfirman:

قُلْ لَّا تُسْـَٔلُوْنَ عَمَّآ اَجْرَمْنَا وَلَا نُسْـَٔلُ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ

"Katakanlah, “Kamu tidak akan dimintai tanggung jawab atas apa yang kami kerjakan dan kami juga tidak akan dimintai tanggung jawab atas apa yang kamu kerjakan." (QS. Saba' ayat 25)

Berdasarkan ayat tersebut...

sumber : Alukah
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement