Selasa 12 Dec 2023 01:02 WIB

UNRWA: Pengungsi Palestina Semakin Mendekat ke Mesir

Mesir telah lama memperingatkan untuk tidak izinkan warga Gaza masuk negaranya

Rep: Lintar Satria/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Warga Palestina yang mengungsi akibat pemboman Israel di Jalur Gaza mengantri untuk mendapatkan air di kamp pengungsian PBB di kota selatan Khan Younis, Jalur Gaza, Ahad, (19/11/2023).
Foto: AP Photo/Fatima Shbair
Warga Palestina yang mengungsi akibat pemboman Israel di Jalur Gaza mengantri untuk mendapatkan air di kamp pengungsian PBB di kota selatan Khan Younis, Jalur Gaza, Ahad, (19/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Komisaris jenderal badan PBB yang bertanggung jawab atas kesejahteraan para pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini, mengatakan warga Gaza yang terusir dari rumah-rumah mereka terus didesak untuk semakin mendekati perbatasan.

"Perkembangan yang kami saksikan menunjukkan adanya upaya untuk memindahkan warga Palestina ke Mesir," tulis Lazzarini di Los Angeles Times, Senin (11/12/2023).

Perbatasan dengan Mesir dibentengi dengan kuat, namun pejuang Hamas melubangi tembok perbatasan pada tahun 2008 untuk mematahkan blokade yang ketat. Warga Gaza menyeberang untuk membeli makanan dan barang-barang lainnya, namun mereka segera kembali, tanpa ada yang mengungsi secara permanen.

Mesir telah lama memperingatkan mereka tidak akan mengizinkan warga Gaza masuk ke wilayahnya kali ini, karena khawatir mereka tidak akan bisa kembali.

Yordania, yang menampung sebagian besar warga Palestina setelah pembentukan Israel pada tahun 1948, menuduh Israel berusaha "mengosongkan Gaza dari penduduknya".

Juru bicara pemerintah Israel Eylon Levy menyebut tuduhan itu "keterlaluan dan salah," dan mengatakan negaranya membela diri "dari monster-monster yang melakukan pembantaian 7 Oktober" dan membawa mereka ke pengadilan.

Orang-orang bersenjata Hamas pada 7 Oktober menewaskan 1.200 orang dan menyandera 240 orang dalam serangan mendadak tersebut, menurut perhitungan Israel. Israel bersumpah untuk memusnahkan kelompok Islam militan yang telah menguasai Gaza sejak 2007 dan bersumpah untuk menghancurkan Israel.

Otoritas kesehatan Gaza mengatakan sekitar 18.000 orang terbunuh oleh serangan Israel, dengan 49.500 orang terluka. Sekitar 100 sandera Israel dibebaskan selama gencatan senjata selama seminggu yang berakhir pada 1 Desember.

Israel mengatakan instruksi untuk pindah adalah salah satu langkah yang luas untuk melindungi penduduk setempat. Israel menuduh militan Hamas, yang menguasai Gaza, menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia dan mencuri bantuan kemanusiaan, tuduhan yang dibantai Hamas.

Militer Israel mengatakan pasukannya di Jabalia menemukan senjata di dalam tas UNRWA dan peluncur roket di dekat sebuah sekolah dan mendistribusikan sebuah video yang menunjukkan alat peledak di samping tas bertuliskan UNRWA. Rekaman tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen.

Militer juga mendistribusikan video yang diklaim menunjukkan orang-orang bersenjata Hamas memukuli orang-orang dan merampas bantuan di distrik Shejaia, Kota Gaza. Israel mencegah sebagian besar bantuan masuk ke Gaza meskipun para pejabat PBB mengatakan bahwa kebutuhan di sana sangat besar.

Jerman mengatakan terlalu banyak orang tak berdosa yang tewas dalam konflik tersebut dan mendesak Israel untuk menyesuaikan strateginya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement