Selasa 12 Dec 2023 07:48 WIB

25.000 Anak-Anak Gaza Menjadi Yatim Piatu Akibat Bom Israel

Sekitar 25.000 anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Seorang anak laki-laki yang terluka diangkut setelah serangan Israel di Deir Al-Balah, Jalur Gaza selatan, Palestina, Kamis (9/11/2023).
Foto: AP Photo/Hatem Moussa
Seorang anak laki-laki yang terluka diangkut setelah serangan Israel di Deir Al-Balah, Jalur Gaza selatan, Palestina, Kamis (9/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Euro-Med Human Rights Monitor melaporkan, antara 24.000-25.000 anak-anak Palestina di Gaza menjadi yatim piatu akibat pengeboman genosida yang dilakukan Israel. Laporan awal kelompok hak asasi manusia tersebut menyoroti bahwa 10.000 anak telah terbunuh akibat bom Israel, sementara sekitar 25.000 anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya. 

Sekitar 640.000 anak kehilangan tempat tinggal setelah rumah mereka hancur sebagian atau seluruhnya. Selain itu, masa depan ratusan ribu anak-anak masih belum diketahui. Karena 217 sekolah di Jalur Gaza telah rusak atau hancur akibat serangan Israel, sehingga berdampak buruk pada proses pendidikan di Jalur Gaza.

Baca Juga

Euro-Med Monitor mengatakan, 23.012 warga Palestina telah terbunuh dalam serangan udara dan artileri Israel yang intens di Jalur Gaza, termasuk 9.077 anak-anak. Sementara ratusan anak-anak lainnya masih terjebak di bawah puing-puing bangunan yang hancur dan kecil kemungkinannya untuk bertahan hidup. Dengan demikian, jumlah total kematian anak-anak kemungkinan akan melebihi 10.000 anak.

"Anak-anak Gaza menjadi sasaran serangan tanpa pandang bulu oleh Israel di tengah genosida yang telah berlangsung selama tiga bulan berturut-turut," kata pernyataan Euro-Med Monitor, dalam situ webnya.

Sebagian besar anak-anak tidak diberi akses terhadap makanan atau air bersih.  Banyak dari anak-anak yang terpaksa mengungsi di bawah serangan, sehingga memperburuk situasi psikologis mereka yang sudah genting.

Lebih dari 1,840 juta warga Gaza menjadi pengungsi internal. Hal menyebabkan banyak keluarga dengan anak-anak tinggal di fasilitas yang sangat penuh sesak dan tidak cocok untuk tempat berlindung. Anak-anak di Jalur Gaza berada pada risiko kelaparan dan kematian yang sangat besar, khususnya di Kota Gaza dan wilayah utara Jalur Gaza. Euro-Med Monitor juga menyebutkan munculnya mekanisme penanggulangan yang berbahaya, seperti anak-anak yang menggunakan metode berisiko dan tidak sehat untuk menyalakan api untuk memasak.

Anak Gaza menghadapi risiko terkena epidemi dan penyakit menular....

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement