Selasa 12 Dec 2023 07:53 WIB

UIN Walisongo Semarang Jadi Tuan Rumah Konferensi AICIS 2024

Kegiatan tersebut dilaksanakan pada 1 - 4 Februari 2024 mendatang

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Jajaran kepanitiaan berfoto bersama usai acara Kick Off Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) Tahun 2024, di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (11/12).
Foto: Dok. Humas UIN Walisongo
Jajaran kepanitiaan berfoto bersama usai acara Kick Off Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) Tahun 2024, di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (11/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2024 resmi dimulai hari ini. Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang kembali dipercaya sebagai tuan rumah konferensi internasional kajian keislaman Asean tahun 2023 ini.

Sesuai jadwal, pelaksanaan konferensi internasional kajian keislaman terbesar di Asia Tenggara tersebut dilaksanakan pada 1 - 4 Februari 2024 mendatang dengan mengusung tema Mendefinisikan Kembali Peran Agama dalam Krisis Kemanusiaan; Menangani Isu Perdamaian, Keadilan dan Hak Asasi Manusia.

“Mulai hari ini, kami sudah mengundang para peneliti dan akademisi untuk ikut berpartisipasi dalam call for paper & panels AICIS 2024,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Prof Dr Muhammad Ali Ramdhani, pada acara Kick Off AICIS 2024, Senin (11/12).

Sementara itu, Direktur Pendidikan Tinggi Islam Ditjen Pendidikan Islam, Prof Ahmad Zainul Hamdi menambahkan, AICIS merupakan salah satu ajang perhelatan konferensi terbesar tentang studi keislaman oleh perguruan tinggi.

Bahkan juga mejadi forum yang paling representatif, paling megah dan paling melibatkan banyak peserta, dalam hal ini dari kalangan peneliti dan akademisi.

Maka AICIS jangan hanya menjadi sekadar forum akademik yang bermakna, tapi harus ikut menyelesaikan problem yang ada di luar kampus. “Artinya, jangan hanya menjadi ‘menara gading’ yang tidak memberikan solusi,” ungkapnya.

Pria yang akrab disapa Prof Inung ini juga menyampaikan, forum AICIS harus bisa melahirkan karya dan pemikiran yang monumental. Hasil karya dari konferensi juga harus dapat dibukukan secara ilmiah serta dinikmati secara luas oleh masyarakat.

Karena tema- tema AICIS juga selalu munasabah dengan tema sebelumnya. “Tahun ini temanya  ingin memperdalam bahwa kajian keagamaan umum pada akhirnya harus berani mendefiniskan diri ketika dihadapkan pada krisis kemanusiaan,” tegasnya.

Maka, lanjut Prof Inung, kampanye AICIS harus lebih diperluas lagi cakupannya, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di tingkat internasional.

“Terlebih bersamaan dengan penyelenggaraan AICIS juga akan digelar Leader Forum dari berbagai negara di kawasan Asia Tenggara untuk berbicara masalah kemanusiaan, perdamaian dalam skema HAM,” lanjutnya.

Sementara itu, Ketua Panitia AICIS 2024, Prof Mukhsin Jamil menyampaikan, penyelenggaran AICIS 2024 tidak hanya mengekspose hasil penelitian dosen, tetapi juga akan dipresentasikan dan dinikmati oleh masyarakat.

Dari tema utama yang diusuang, nantinya akan akan dibagi menjadi tujuh sesi diskusi panel, yakni ‘Agama, Nasionalisme dan Kewarganegaraan di Asia Tenggara’, ‘Dampak Isu Keagamaan Internasional dan Ketegangan nasionalisme Kewarganaegaraan dan HAM’, ‘Kesetaraan, Keadilan dan Krisis Kemanusiaan’.

Selain itu ‘Ketegangan Agama dan Kemausiaan Global’, ‘Gender, Kerohanian dan isu Minoritas’, ‘Fikih Siyasah atau Perang dan Keadilan; Pascaera Kolonial’ dan ‘Maslahah Mursalah berbasis Kebijakan, Kesetaraan dan Pemberdayaan’.

Pelaksanaan AICIS 2024 adalah yang ke-23 dan kali pertama dilaksanakan di Kota Semarang. “Karena AICIS pertama diselenggarakan pertama kali pada 2000 di Kota Semarang, pada penyelenggaraan ke 23 ini kembali lagi ke Kota Semarang,” tegasnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement