REPUBLIKA.CO.ID, CAMBRIDGE -- Sebanyak empat mahasiswa sarjana di Harvard University menghadapi tindakan disipliner baru setelah memimpin atau berpartisipasi dalam pekan aksi pro Palestina akhir bulan lalu. Dengar pendapat di Dewan Administratif Harvard College dapat mengakibatkan mereka mendapat peringatan, masa percobaan, atau penarikan diri.
Menurut laporan surat kabar mahasiswa sekolah Ivy League Harvard Crimson, mereka dihukum karena tindakan yang menghalangi anggota kampus untuk melakukan aktivitas normal. Menurut keterangan universitas yang berlokasi di Cambridge, Massachusetts, aksi mereka merupakan tindakan yang tidak dapat diterima dan tunduk pada disiplin yang sesuai.
Dalam rapat umum yang diselenggarakan oleh koalisi kelompok pro Palestina, Kojo Acheampong, salah satu mahasiswa yang menghadapi tindakan disipliner menyatakan, kampus mencoba menyerang mahasiswa. “Namun, kami tahu hal itu tidak akan menghentikan kami,” katanya dikutip dari Anadolu Agency.
“Kami tidak akan pernah membiarkan serangan-serangan ini menghalangi solidaritas kami terhadap rakyat Palestina," ujarnya.
Aksi November mencakup unjuk rasa dan pemogokan. Pada pertengahan November, delapan mahasiswa sarjana yang berafiliasi dengan Harvard Jews for Palestine juga menghadapi sidang setelah mengambil bagian dalam pendudukan 24 jam di Balai Universitas.
Berita ini muncul ketika dampak yang terus berlanjut dari minggu lalu. Sebelumnya tiga rektor perguruan tinggi Amerika Serikat, Liz Magill dari University of Pennsylvania, Claudine Gay dari Harvard, dan Sally Kornbluth dari Massachusetts Institute of Technology dikecam oleh komite kongres mengenai insiden antisemit di kampus mereka.
Para pemimpin tersebut menyatakan komitmennya untuk memerangi segala bentuk kebencian dan peningkatan Islamofobia serta kebencian terhadap umat Islam. Selama berjam-jam, mereka menjawab pertanyaan tentang antisemitisme, kegiatan disipliner terhadap mahasiswa, cara universitas mewakili perbedaan pendapat, dan keamanan kampus.
Magill mengundurkan diri setelah berhari-hari mendapat kritik pada akhir pekan lalu. Tindakan ini dilakukan usai tekanan dan ancaman menyusul komentarnya di sidang kongres.