REPUBLIKA.CO.ID, RAFAH -- Utusan Dewan Keamanan PBB mengungkapkan penderitaan yang tak terbayangkan dan mendesak diakhirinya perang di Jalur Gaza. Hal ini mereka sampaikan saat mengunjungi perbatasan Rafah di sisi Mesir, satu-satunya pintu masuk bantuan ke Gaza.
Saat ditanya wartawan apakah memiliki pesan untuk negara-negara yang menolak gencatan senjata di Gaza Perwakilan Cina untuk PBB, Zhang Jun hanya menjawab, "Cukup ya cukup."
Mayoritas negara anggota PBB mendukung gencatan senjata antara Israel dan Hamas seiring dengan memburuknya kondisi yang mengerikan bagi 2,3 juta penduduknya.
Pekan lalu Amerika Serikat (AS) yang mendukung Israel, memveto resolusi Dewan Keamanan PBB untuk gencatan senjata di Gaza. Sementara tank-tank dan tentara Israel melancarkan invasi yang telah mendorong sebagian besar penduduk Gaza mengungsi dan menewaskan lebih dari 18.000 orang.
Belasan utusan Dewan Keamanan PBB menghadiri perjalanan yang diselenggarakan Uni Emirat Arab untuk mengunjungi Rafah, hanya beberapa hari setelah Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan ribuan orang di daerah kantong Palestina yang terkepung itu "benar-benar kelaparan".
Setelah terbang ke kota Al-Arish, mereka mendapat pengarahan dari badan pengungsi Palestina PBB, UNRWA, mengenai kondisi di Gaza sebelum menuju Rafah yang berjarak 30 mil (48 km).
"Kenyataannya bahkan lebih buruk dari apa yang bisa diungkapkan dengan kata-kata," kata perwakilan Ekuador di PBB, Jose De La Gasca, kepada para wartawan setelah menerima pengarahan dari UNRWA, Senin (11/12/2023).
UN Security Council envoys have visited Gaza’s Rafah border crossing with Egypt to see just how dire the humanitarian situation in the besieged enclave is as Israel continues its all-out assault ⤵️ pic.twitter.com/jYkQlLvAev
— Al Jazeera English (@AJEnglish) December 12, 2023
Perwakilan tetap UEA untuk PBB, Lana Nusseibeh, mengatakan para utusan diberitahu warga Gaza sekarat akibat kekurangan gizi, sistem medis yang ambruk, serta kekurangan air dan makanan, selain konflik itu sendiri.
Israel membombardir Gaza dari udara dan darat, memberlakukan pengepungan dan melancarkan serangan darat sebagai pembalasan atas serangan 7 Oktober Hamas yang menurut Israel menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan 240 orang disandera. Otoritas kesehatan Gaza mengatakan sekitar 18.000 orang telah terbunuh oleh serangan Israel, dengan 49.500 orang terluka.
Sebagian besar dari 2,3 juta penduduk daerah kantong Palestina tersebut telah terusir dari rumah mereka.