Selasa 12 Dec 2023 17:40 WIB

Pengamat Nilai Hilirisasi Sawit di Indonesia Tunjukkan Kemajuan

Keterlambatan adopsi inovasi disebabkan rendahnya budaya inovasi dan kreasi.

Tampilan dekat buah sawit yang baru dipanen di perkebunan sawit di Deli Serdang, Sumatra Utara, Indonesia, 23 Mei 2022.
Foto: EPA-EFE/DEDI SINUHAJI
Tampilan dekat buah sawit yang baru dipanen di perkebunan sawit di Deli Serdang, Sumatra Utara, Indonesia, 23 Mei 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung menuturkan, sejauh ini hilirisasi sawit sudah mencatat kemajuan yang besar. Menurutnya, variasi produk sawit makin beragam sehingga menghasilkan peningkatan nilai ekonomi produk itu.

"Menuju 750 jenis produk hilir dan kompetitif di pasar dunia. Semakin ke hilir nilai tambah besar dan semakin membutuhkan inovasi hilir," kata Tungkot melalui keterangan di Jakarta, Selasa (12/12/2023).

Baca Juga

Pada 2010, lanjut dia, Indonesia masih mengekspor Crude Palm Oil (CPO) atau barang mentah sekitar 70-80 persen. Namun, di 2022, sekitar 90 persen ekspor merupakan olahan sederhana (setengah jadi).

Ia menilai, sejauh ini hilirisasi sawit sudah mencatat kemajuan yang besar. Namun demikian, hilirisasi sawit domestik masih memerlukan percepatan adopsi inovasi agar dapat menghasilkan bermacam produk hilir.

Menurutnya, keterlambatan adopsi inovasi terjadi karena masih rendahnya budaya inovasi dan kreasi di industri hilir. Inovasi belum menjadi indikator kinerja utama perusahaan, dan masih lemahnya dukungan kebijakan.

Dukungan dana riset yang disalurkan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sudah tersedia dan telah dimanfaatkan para periset, serta hasil berupa invensi atau paten juga telah banyak. Ia mendorong agar hasil riset itu dapat diadopsi oleh pelaku industri.

Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengatakan, sejak 2018, hilirisasi industri sawit sudah berjalan dan tidak lagi didominasi CPO. Pada 2022, tambah Eddy, ekspor bahan baku CPO sebesar 3.463 ribu ton dari total ekspor kelapa sawit 33.928 ribu ton. Sedangkan, crude palm kernel oil (PKO) sebesar 107 ribu ton.

Berikutnya, ekspor dalam bentuk produk hilir berupa refined palm oil sebesar 24.410 ribu ton, refined PKO sebanyak 1.335 ribu ton, biodiesel sebesar 4.179 ribu ton dan oleokimia mencapai 4.179 ribu ton. Eddy mengatakan, permintaan dalam negeri terus meningkat dari 16,7 juta ton pada 2019 menjadi 21,1 juta ton pada 2022.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement