REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Reni Yanita mengatakan industri kecil dan menengah (IKM) dalam negeri sangat mumpuni untuk memproduksi alat peraga kampanye mulai dari kaos hingga spanduk.
Oleh karena itu, Kemenperin mendorong agar alat peraga kampanye yang digunakan oleh para peserta Pemilu 2024 merupakan produk yang dibuat oleh pelaku usaha lokal.
"Kami mendorong agar alat-alat kampanye seperti yang sederhana itu, seperti kaos dan jersey, itu industri dalam negeri kita, IKM kita, yang buat. Tinggal nego. Begitu juga yang cetak-cetak seperti spanduk dan sebagainya itu juga kita bisa (produksi),” katanya ditemui di acara Startup4Industry Investment Summit di Gedung Pusat Industri Digital (PIDI) 4.0 di Jakarta, Selasa (12/12/2023).
Reni menyebut tidak hanya untuk memproduksi kaos sederhana untuk kampanye, bahkan produk-produk berteknologi tinggi pun bisa diproduksi oleh IKM lokal. Contohnya, alat kesehatan hingga alat olahraga.
"Apalagi kalau hanya sebatas jersey. Buat jersey bagus juga kita mampu dengan harga yang kompetitif. Beberapa waktu lalu kita ada pameran alat olahraga termasuk baju olahraga, itu semua produk dalam negeri dan IKM mampu. Apalagi hanya sebatas kaos untuk kampanye," ujarnya.
Reni juga meyakinkan para pelaku IKM agar tidak mengkhawatirkan volume pesanan. Ia menyarankan agar pelaku IKM bekerjasama dengan anggota kelompoknya untuk mengerjakan pesanan. Selain itu, ia mengingatkan agar IKM bisa terus meningkatkan kualitas produk untuk mencegah barang ditolak (reject) dari pemesan.
Sebelumnya, pada awal Desember lalu, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkapkan bahwa masa kampanye belum memberikan dampak yang signifikan terhadap pelaku UMKM. Ia mengaku telah berkeliling ke sejumlah sentra produksi alat peraga kampanye di Jawa Barat yang memproduksi kaos, spanduk, baliho hingga bendera.
"Mereka tidak dapat pesanan yang masif, masih kecil-kecilan," kata Teten.
Teten menyebut ada indikasi kuat penggunaan alat peraga kampanye produksi asing yang lebih murah. "Saya tahu dijual di online, banyak yang sangat murah. Misal dijual Rp 8.000, waktu saya cek ke pabrik besar, ongkos produksi saja sudah mencapai Rp 13 ribu. Indikasinya impor, bikin dari luar, kemungkinan dari China," ungkap Teten.