Selasa 12 Dec 2023 21:18 WIB

Israel Intensifkan Serangan di Gaza dan Tepi Barat Jelang Pertemuan Majelis Umum PBB

20 orang gugur dalam serangan terbaru Israel di Rafah, Gaza selatan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Asap mengepul setelah serangan Israel di Rafah, Jalur Gaza.
Foto: AP Photo/Leo Correa
Asap mengepul setelah serangan Israel di Rafah, Jalur Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pasukan Israel telah melakukan serangan mematikan di wilayah pendudukan Tepi Barat jelang pertemuan Majelis Umum PBB (UNGA) untuk membahas gencatan senjata kemanusiaan secepatnya. Setidaknya empat warga Palestina gugur pada Selasa (12/12/2023) dalam serangan paling intens di Kota Jenin di Tepi Barat.

Sementara itu, 20 orang termasuk tujuh anak-anak dan setidaknya lima wanita gugur dalam serangan Israel di Rafah, Gaza selatan di perbatasan dengan Mesir. Sementara dua orang lainnya gugur di Khan Younis akibat tembakan artileri Israel.

Baca Juga

Koresponden Aljazirah, Nida Ibrahim yang melaporkan dari Ramallah di Tepi Barat mengatakan, penggerebekan di Jenin masih berlangsung. Beberapa warga memasang penghalang jalan untuk menghalangi pasukan Israel.

Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan, militer Israel memblokir ambulans dari kamp pengungsi Jenin untuk merawat korban luka. Pasukan Israel juga melancarkan serangan di kota-kota Tepi Barat lainnya, termasuk menangkap sekitar 50 orang di Ramallah, Bethlehem, Nablus, dan Tubas.

Serangan Israel ke Tepi Barat dan Yerusalem Timur meningkat sejak pecahnya perang di Gaza. Pasukan atau pemukim Israel telah membunuh 270 warga Palestina sejak 7 Oktober, sehingga jumlah total korban meninggal tahun ini menjadi 487 orang.

Kekhawatiran meningkat terhadap orang-orang terjebak di bawah reruntuhan. Koresponden Aljazirah, Hani Mahmoud melaporkan dari Rafah pada Selasa pagi bahwa pencarian korban terus berlanjut tetapi sangat mendasar dan sederhana, karena tidak ada mesin atau peralatan untuk membantu evakuasi.

Pengeboman Israel di Gaza yang berlangsung selama dua bulan telah membunuh sekitar 18.200 warga Palestina, termasuk 7.729 anak-anak, dan membuat 90 persen penduduknya mengungsi.  Pejabat bantuan kemanusiaan memperingatkan runtuhnya sistem kesehatan dan kondisi “apokaliptik” di wilayah kecil di Gaza selatan, yang menjadi tempat warga Palestina berlindung.

Sementara itu, pasukan Israel menggerebek Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara, setelah mengepung dan menembaki rumah sakit tersebut selama beberapa hari. Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qudra menambahkan bahwa pasukan Israel sedang mengumpulkan laki-laki termasuk staf medis di halaman rumah sakit, yang ia khawatirkan akan ditangkap.

“Kami menyerukan PBB, Organisasi Kesehatan Dunia, dan Komite Palang Merah Internasional untuk segera bertindak menyelamatkan nyawa mereka yang dirawat di rumah sakit,” kata al-Qudra.

Serangan-serangan baru dan meningkatnya jumlah korban terjadi menjelang pemungutan suara di Majelis Umum PBB pada Selasa malam mengenai gencatan senjata kemanusiaan secepatnya.

Terakhir kali majelis bertemu membahas masalah ini adalah pada 27 Oktober, ketika 120 negara memberikan suara mendukung resolusi Yordania yang menyerukan “gencatan senjata kemanusiaan secepatnya dan berkelanjutan yang mengarah pada penghentian permusuhan.

Mesir dan Mauritania menggunakan Resolusi 377A (V) untuk menyerukan pertemuan darurat, yang menyatakan bahwa jika Dewan Keamanan PBB tidak dapat melaksanakan tanggung jawab utamanya untuk menjaga perdamaian, Majelis Umum PBB dapat mengambil tindakan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement