REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pesawat-pesawat tempur dan tank-tank Israel menggempur Gaza selatan Senin (11/12/2023), malam hingga hari Selasa (12/12/2023). Sementara itu, PBB mengatakan bahwa distribusi bantuan kepada warga Gaza yang menghadapi kelaparan yang semakin meningkat, di mana sebagian besar distribusi bantuan terhenti, karena intensitas pertempuran antara Israel dan Hamas.
Di kota Rafah, Gaza selatan, yang berbatasan dengan Mesir, para pejabat kesehatan mengatakan 22 orang termasuk anak-anak tewas dalam serangan udara Israel terhadap rumah-rumah semalam. Para pekerja darurat sipil mencari lebih banyak korban di bawah reruntuhan.
Warga mengatakan bahwa penembakan di Rafah, di mana tentara Israel bulan ini memerintahkan warga untuk mengungsi demi keselamatan mereka, merupakan salah satu yang terberat dalam beberapa hari terakhir.
"Pada malam hari kami tidak bisa tidur karena pengeboman dan di pagi hari kami berkeliling di jalan-jalan mencari makanan untuk anak-anak, namun tidak ada makanan," kata Abu Khalil, 40 tahun, seorang ayah dari enam orang anak, yang berbicara kepada Reuters melalui telepon dari Rafah.
"Saya tidak dapat menemukan roti dan harga beras, garam atau kacang-kacangan naik dua kali lipat. Ini adalah kelaparan," katanya. "Israel membunuh kami dua kali, sekali dengan bom dan sekali dengan kelaparan."
Di Khan Younis, kota utama Gaza selatan, warga mengatakan penembakan tank terfokus pada pusat kota. Seorang warga mengatakan tank-tank beroperasi pada Selasa pagi di jalan tempat rumah Yahya Al-Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza, berada.
Para pejabat kesehatan mengatakan dua orang tewas dalam semalam di kota itu. Ratusan warga sipil lainnya telah tewas dalam serangan Israel ke daerah kantung Palestina itu sejak Amerika Serikat pada hari Jumat (8/12/2023) memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata.
Badan-badan bantuan mengatakan bahwa kelaparan semakin memburuk di kalangan warga Gaza, dengan Program Pangan Dunia PBB mengatakan bahwa separuh penduduk Gaza kelaparan.
Kantor kemanusiaan PBB (OCHA) mengatakan pada hari Selasa bahwa distribusi bantuan terbatas terjadi di distrik Rafah. Tetapi "di bagian lain Jalur Gaza, distribusi bantuan sebagian besar terhenti selama beberapa hari terakhir, karena intensitas perang dan pembatasan pergerakan di sepanjang jalan utama".
Arus bantuan juga dibatasi oleh kekurangan truk di Gaza, kekurangan bahan bakar yang terus berlanjut, pemadaman komunikasi, dan semakin banyak staf yang tidak dapat melakukan perjalanan ke penyeberangan Rafah dengan Mesir karena intensitas serangan Israel, katanya.
Juru bicara kementerian kesehatan Gaza, Ashraf Al-Qidra, mengatakan pasukan Israel telah menyerbu rumah sakit Kamal Adwan di Gaza utara pada hari Selasa dan mengumpulkan para pria, termasuk staf medis, di halaman rumah sakit.
Militer Israel tidak segera membalas permintaan komentar atas laporan tersebut. Israel mengatakan bahwa instruksinya kepada orang-orang untuk pindah adalah salah satu langkah yang diambil untuk menghindari korban warga sipil.
Upaya ini dilakukan Israel saat mereka mencoba untuk membasmi para pejuang Hamas yang menyandera 240 orang dalam serangan lintas batas 7 Oktober di Israel, menurut penghitungan Israel. Sekitar 100 sandera telah dibebaskan.