Selasa 12 Dec 2023 23:27 WIB

Ayat Alquran Ini Ungkap Bagaimana Para Nabi Sabar Hadapi Anak-anaknya

Mendidik anak harus dengan kesabaran dan bukan amarah

Rep: Rossi Handayani / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi mendidik anak. Mendidik anak harus dengan kesabaran dan bukan amarah
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Ilustrasi mendidik anak. Mendidik anak harus dengan kesabaran dan bukan amarah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Salah satu yang menjadi penyebab orang tua ingin marah kepada anaknya yakni saat dia tidak mencapai harapan yang diinginkan. Orang tua merasa sudah maksimal dalam mendidik anaknya, akan tetapi pada akhirnya buah hatinya menjadi anak pembangkang. Perlukah orang tua memarahi anaknya?

"Kita melihat anak orang lain begitu patuh. 'Anak saya kok begini', kalau seperti itu biasanya anak menjadi sasaran amukan orang tua, karena tidak seperti apa yang diharapkan. 'Anak orang lain mudah diatur, soleh dan taat, sementara anak saya sudah mati-matian saya didik kok seperti ini, melawan'. Satu hal yang perlu kita sadari rezeki orang nggak sama dan ikhtiar manusia tidak mengubah takdir, kalau Allah tidak merubahnya. Itu sebatas usaha, setinggi apa pun usaha kita," kata Ustadz Abu Ihsan Al Atsary MA, dalam kajian Mendidik Anak Tanpa Amarah dikutip dari laman Youtube Al Ihsan Media.

Baca Juga

Ustadz Abu Ihsan mengatakan, Nabi Nuh alaihissalam terus berikhtiar dalam mendidik anaknya, hal yang sama dilakukan Nabi Luth alaihissalam kepada istrinya. Hasilnya, anak Nabi Nuh alaihissalam tidak beriman, begitu juga dengan istri Nabi Luth alaihissalam.

Padahal mereka tentunya sudah berikhtiar dengan maksimal. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: قَالَ رَبِّ اِنِّيْ دَعَوْتُ قَوْمِيْ لَيْلًا وَّنَهَارًاۙ "Dia (Nuh) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam." (QS Nuh ayat 5)

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata, "Allah mengutus Nabi Nuh semenjak beliau berumur 40 tahun, dan masa dakwahnya 1.000 tahun kurang 50 tahun, dan pascabanjir bandang beliau masih hidup selama 60 tahun."

"Nabi Nuh mendakwahi kaumnya termasuk keluarganya siang dan malam. Selama 1.000 kurang 50 tahun, 950 tahun. Apa yang terjadi? Yang mengikuti dakwah beliau sedikit, sedikit yang naik ke atas perahu, bahkan anak beliau sendiri tidak naik ke atas perahu," kata Ustadz Abu Ihsan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 

اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

"Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk". (QS. Al-Qasas ayat 56)

Pesan Rasulullah SAW: Bergembiralah Pejuang Sholat Subuh, Cahaya Sempurna Saat Kiamat

"Kita semua mencintai anak-anak kita, tapi kadang-kadang yang terjadi tidak seperti yang kita harapkan. Tidak perlu jengkel, marah, kesal walaupun kadang-kadang itu memacu untuk marah. Sumpah serapah mungkin kadang-kadang keluar dari lisan kita karena marah. Apalagi kita bandingkan dengan anak orang lain. Ingat, rezeki manusia nggak ada yang sama, ada anak yang menjadi ujian bagi orang tuanya. Kalaulah Nabi dahulu diuji dengan anak-anak mereka, apa lagi kita?," papar Ustadz Abu Ihsan.

Sebelumnya Nabi Nuh...   

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement