REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meskipun pangsa pasar dan penjualan kendaraan listrik mencapai rekor di AS tahun ini, pertumbuhan kendaraan listrik mulai melambat dan tidak sesuai dengan ambisi tinggi industri otomotif untuk beralih dari mesin pembakaran.
AS telah mencapai tonggak penting dalam upayanya untuk melakukan elektrifikasi: Lebih dari 1 juta mobil listrik baru telah terjual tahun ini, menurut Motorintelligence.com. Perusahaan konsultan industri otomotif ini mengatakan bahwa EV menyumbang 7,5 persen dari total penjualan di AS hingga November. Para ahli mengatakan bahwa jumlah tersebut harus meningkat pesat untuk mengatasi perubahan iklim karena sebagian besar gas rumah kaca berasal dari transportasi.
Ford Motor Co mengalami peningkatan penjualan kendaraan listrik sebesar 43 persen dari tahun ke tahun, yang mencakup SUV listrik Mustang Mach E yang paling laris, serta pickup F-150 Lightning, dalam rilis penjualan bulan November. Hyundai Ioniq 5 dan Kia EV6, keduanya merupakan SUV listrik, masing-masing mencapai pertumbuhan sekitar 100 persen dari tahun ke tahun pada bulan lalu.
Terlepas dari hal-hal positif ini, pertumbuhan ini tidak mendekati pertumbuhan 90 persen dari tahun ke tahun yang dinikmati industri mobil listrik pada musim panas lalu. Mobil listrik mengalami pertumbuhan penjualan yang sangat besar pada saat itu, bahkan dengan model yang harganya rata-rata lebih dari 65 ribu dolar AS, menurut data Cox Automotive.
“Hal ini sebagian besar disebabkan karena mobil listrik lebih menarik bagi pembeli karena harga bensin yang mencapai 5 dolar AS per gallon,” kata Kevin Roberts, direktur analisis industri di situs CarGurus, seperti dilansir Fortune, Rabu (13/12/2023).
Sekarang, harga bensin telah turun menjadi sekitar 3 dolar AS per gallon di AS, dan harga transaksi rata-rata untuk sebuah mobil listrik, tanpa adanya insentif yang diterapkan, telah turun menjadi di bawah 52 ribu dolar AS.
“Banyak pengguna awal yang paham teknologi telah membeli EV, dan pasar telah beralih ke pembeli utama yang lebih sensitif terhadap harga, banyak di antaranya tidak ingin membayar lebih mahal untuk sebuah EV daripada yang mereka bayarkan untuk kendaraan bensin atau hibrida,” kata Roberts.
Sejumlah faktor lain yang merusak momentum positif saat ini adalah minimnya model EV yang tersedia untuk dipilih. Lokasi, biaya, dan kenyamanan pengisian daya mobil-mobil ini juga masih menjadi perhatian, seperti halnya jangkauan kendaraan.
Meskipun ada minat terhadap EV, Richard Bazzy, yang memiliki tiga dealer Ford di pinggiran kota Pittsburgh, mengatakan bahwa banyak pelanggan yang mengatakan kepada staf penjualannya bahwa mereka belum siap untuk beralih ke tenaga baterai karena harganya yang mahal, bahkan dengan kredit pajak federal. Pelanggan juga khawatir jarak tempuh listrik tidak cukup jauh untuk melakukan perjalanan ke tempat yang mereka inginkan.
"Ketertarikan itu ada karena memang menarik. Tapi itu tidak bisa mengatasi kekhawatiran,” kata Bazzy.
Dengan demikian, laju penjualan melambat hingga 50 persen dari tahun ke tahun pada Juni 2023, dan bulan lalu, turun menjadi 35 persen dari tahun ke tahun. Beberapa produsen mobil mengevaluasi kembali strategi EV mereka yang mahal menjelang akhir tahun ini.
Ford telah menjual kurang dari 36 ribu Mach Es hingga November, hanya meningkat 3,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Persediaan Mach Es perusahaan telah meningkat sepanjang tahun ini. Ada lebih dari 24 ribu unit yang berada di atau dalam perjalanan ke dealer pada akhir bulan lalu, meskipun perusahaan telah memangkas produksinya selama dua bulan terakhir.
Ford baru-baru ini mengumumkan rencana untuk menunda satu pabrik baterai EV baru, mengecilkan ukuran pabrik baterai EV yang lain, dan menunda pengeluaran kendaraan listrik di masa depan senilai 12 miliar dolar. GM juga menunda retooling pabrik mobil listrik, dan Volkswagen telah menunda rencana di Eropa.
"Setiap produsen mobil sangat agresif dengan rencana mereka. Kami melihat bahwa rencana-rencana tersebut sedang dikaji ulang agar lebih sesuai dengan kondisi konsumen saat ini,” kata Jessica Caldwell, head of Insights di Edmunds.
Banyak dari dealer mobil perusahaan-perusahaan ini sekarang meningkatkan kewaspadaan terhadap apa yang mereka lihat sebagai perlambatan minat terhadap mobil listrik. Pekan lalu, beberapa ribu dealer dari seluruh AS menulis dalam sebuah surat publik kepada Presiden Joe Biden tentang kekhawatiran mereka atas peralihan ke EV, menyebut mandat elektrifikasi tidak realistis berdasarkan permintaan pelanggan saat ini.
“Saat ini, kendaraan listrik sudah menumpuk di tempat parkir kami,” kata produsen EV dalam surat terbuka kepada Biden.
Untuk diketahui, pada 2021 Presiden AS Joe Biden telah menandatangani perintah eksekutif yang menyerukan bahwa semua kendaraan baru yang dijual di negara itu pada 2030 harus memiliki emisi nol atau mobil listrik. Kebijakan ini dilakukan sebagai bagian dari upayanya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, yang sebagian besar berasal dari emisi karbon dioksida sektor transportasi, akibat pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak bumi. Transportasi merupakan kontributor utama emisi gas rumah kaca, terutama transportasi pribadi.