Rabu 13 Dec 2023 10:10 WIB

Suhu Bumi Diprediksi Lampaui Ambang Batas 1,5 Derajat Celsius di 2024, Apa Dampaknya?

Dampak dari suhu bumi yang lampaui ambang batas sangat buruk bagi dunia.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Suhu rata-rata Bumi merupakan bagian mendasar yang membuat planet ini layak huni.
Foto: www.freepik.com
Suhu rata-rata Bumi merupakan bagian mendasar yang membuat planet ini layak huni.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan cuaca nasional Inggris, UK Met Office, memprediksi bahwa suhu permukaan global rata-rata bumi akan melampaui 1,5 derajat Celsius dibandingkan era pra-industri. Lantas apa dampaknya terhadap Bumi dan peradaban manusia serta makhluk hidup lainnya?

Untuk menjawab itu, kita perlu mengetahui terlebih dahulu tentang suhu Bumi. Suhu rata-rata Bumi merupakan bagian mendasar yang membuat planet ini layak huni. Dari semua planet yang telah ditemukan, Bumi adalah satu-satunya planet yang diketahui mendukung kehidupan. Suhu sempurna ini ada karena Bumi terletak di zona Goldilocks dalam hal suhu, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin untuk mendukung kehidupan.

Baca Juga

Sebaliknya, jika Bumi sedikit lebih hangat atau lebih dingin, kehidupan yang kita kenal tidak akan ada di planet ini. Venus dan Mars memberikan contoh perbedaan suhu di permukaan planet yang memiliki komposisi serupa dengan Bumi.

NASA telah melaporkan bahwa suhu rata-rata bumi adalah 15 derajat Celcius. Namun, suhu ekstrem masih mungkin terjadi di Bumi. Suhu terpanas yang pernah tercatat di Bumi diukur sebesar 70,7 derajat Celcius di Gurun Lut, Iran pada tahun 2005, dan suhu terdingin adalah -89,2 derajat Celcius di Vostok, Antartika.

Suhu rata-rata Bumi telah berubah sepanjang sejarah Bumi, terutama setelah terjadinya revolusi industri yang dimulai pada akhir tahun 1700-an di Inggris dan menyebar ke seluruh dunia. Hal ini menandai awal dari peningkatan emisi gas rumah kaca secara bertahap. Berbagai penelitian telah menemukan sinyal perubahan iklim yang muncul dalam skala global sejak tahun 1830-an, atau baru-baru ini pada tahun 1930-an. Selain pengaruh manusia yang terus berkembang dan meningkat terhadap iklim, para ilmuwan menyatakan bahwa faktor alam lainnya dapat memengaruhi suhu bumi.

Suhu bumi berada di luar perkiraan tahun ini, dan para ilmuwan baru saja mengkonfirmasi apa yang telah dirasakan oleh sebagian besar penduduk bumi: tahun 2023 secara resmi akan menjadi tahun terpanas dalam catatan sejarah. Antara Januari dan November 2023, suhu rata-rata dunia mencapai 15,1 derajat Celcius, menandai rekor kenaikan 1,46 derajat Celcius dari tingkat pra-industri. Pemanasan ini melampaui periode yang sama pada tahun 2016, tahun terpanas sebelumnya.

Analisis dari Copernicus Climate Change Service dari Uni Eropa menyatakan bahwa manusia dan ekosistem akan sulit untuk beradaptasi ketika suhu rata-rata Bumi melebihi 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri. Seperti yang diungkap Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), kondisi itu menempatkan 1,7 miliar lebih orang pada gelombang panas parah yang bisa terjadi setidaknya sekali dalam lima tahun.

Permukaan air laut juga akan naik hingga rata-rata 10 sentimeter, lalu beberapa ratus juta orang lagi akan terpapar risiko terkait iklim dan kemiskinan. Begitupun dengan terumbu karang yang mendukung lingkungan laut di seluruh dunia dapat menurun sebanyak 99 persen.

“Intinya kenaikan suhu di atas 1,5 derajat membuat jutaan orang lainnya berisiko terkena gelombang panas yang berpotensi mengancam jiwa dan kemiskinan. Hal ini akan memusnahkan terumbu karang yang menjadi tumpuan seluruh ekosistem di seluruh dunia. Laut menelan lebih banyak lagi kota-kota kita. Dan itu hanya sebagai permulaan,” kata IPCC seperti dilansir MIT, Rabu (13/12/2023).

Untuk mempertahankan suhu rata-rata jangka panjang planet ini di bawah ambang batas 1,5 derajat, dunia harus mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050, menurut IPCC. Ini berarti, dalam hal emisi yang dilepaskan oleh pembakaran batu bara, minyak, dan gas alam, seluruh dunia harus membuang emisi sebanyak yang dibuang ke atmosfer.

Pada tingkat individu, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu menurunkan emisi pribadi, dan berpotensi mengurangi kenaikan suhu global. Misalnya konsumen mencoba bijak saat membeli produk-produk yang mengandung gas rumah kaca, seperti daging, pakaian, komputer atau gawai, bahkan rumah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement