Oleh: Prof Ema Utami*
REPUBLIKA.CO.ID, Salah satu tahapan dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru Program Doktor Informatika Informatika Universitas Amikom Yogyakarta adalah uji kelayakan proposal rencana penelitian disertasi dari calon mahasiswa. Senin (11/12/2023) yang lalu sebanyak 18 calon mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Indonesia telah menyampaikan rencana penelitian disertasinya.
Berbagai topik penelitian disampaikan calon mahasiswa. Mulai dari yang berkaitan dengan Machine Learning and Deep Learning, Linguistic, Speech and Language Technology, Artificial Intelligence and Soft Computing, Data Science and Big Data Management and Mining, Software Engineering, Data Management and Interoperability, sampai dengan Cloud Computing and Internet of Things (IoT) dengan berbagai bidang pengapliasiannya.
Tidak dimungkiri bahwa di saat ini Informatika menjadi bidang yang luwes dan luas dalam penerapannya. Bisa dikatakan bahwa saat ini tidak ada satupun bidang ilmu yang tidak dipengaruhi oleh Informatika.
Demikian pula dengan bidang Pendidikan seperti yang disampaikan Prof Bruri dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) saat bertemu sebagai tim penguji dalam acara Ujian Promosi Doktor Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (PTK) Sekolah Pascasarjana UNY. Kebersinggungan bidang Pendidikan dan Teknologi khususnya dengan bidang Informatika merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat dihindari.
Disertasi dari program studi PTK tersebut mengambil judul Pembelajaran Adaptive dengan Media Augmented Reality (AR) untuk Mengembangkan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa SMK Berbasis Pesantren. Oleh karena memiliki judul yang bersinggungan dengan bidang Informatika maka saya diminta untuk menjadi penguji utama dari luar kampus UNY.
Kehadiran teknologi seperti AR yang menjadi judul dalam disertasi di atas tidak dimungkiri memberikan pengaruh dalam bidang pendidikan. Bahan ajar, metode pengajaran, sampai dengan sarana pendukung pembelajaran saat ini banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi.
Kecepatan perkembangan teknologi yang dapat digunakan dalam bidang Pendidikan tersebut tentu harus juga direspons oleh pemangku kepentingan, seperti u
niversitas yang memiliki Program Studi Pendidikan. Kehadiran Generative Artificial Intelligence (GenAI), seperti ChatGPT, Bard, Gemini, dan lainnya yang saat ini terus berkembang dengan cepat juga memiliki peluang terbuka untuk dapat digunakan dalam membantu proses pendidikan dari tingkat dasar, menengah pertama, menengah atas, hingga pendidikan tinggi.
Berbagai makalah berkaitan dengan penggunaan GenAI khususnya ChatGPT dalam bidang pendidikan sudah cukup banyak bisa ditemui. Hal ini tentu harus menjadi perhatian tersendiri khususnya bagi guru, dosen, dan pemangku kepentingan lainnya.
Bagaimana mengarahkan siswa dan mahasiswa untuk dapat mengambil manfaat secara benar dan bertanggung jawab dari kehadiran berbagai teknologi berbasis GenAI tersebut tentu membutuhkan pengetahuan terbaru dari para pengajar.
Terus berusaha memperbarui pengetahuan diri yang dimiliki oleh pengajar, baik guru maupun dosen di era saat ini tidak dimungkiri merupakan hal yang tidak mudah untuk dilakukan. Kesibukan dalam berbagai kegiatan untuk memenuhi kewajiban sebagai guru ataupun dosen seringkali telah menyita banyak waktu dan tenaga.
Namun demikian berbagai upaya untuk melakukan pembaharuan pengetahuan diri tetap harus terus dilakukan. Sebagai dosen saat mencermati presentasi mahasiswa, berdiskusi dalam perkuliahan, atau saat membimbing dan menguji penelitian mahasiswa, baik tesis maupun disertasi dimungkinkan akan ada pengetahuan baru yang didapatkan.
Demikian pula saat mengikuti berbagai kegiatan di luar kampus. Sebagai seorang pengajar terus berusaha untuk selalu dapat mengikuti perkembangan pengetahuan baru menjadi tidak bisa dihindarkan.
Dorongan untuk selalu belajar dan memperhatikan berbagai perkembangan yang ada juga tersirat dalam Surat Sad ayat ke-29, “Kitab (Alquran) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.” Wallahu a’lam.