REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Ketua Dewan Mufti Rusia Ravil Gaynutdin mengatakan pembentukan negara Palestina merdeka akan mengakhiri kekerasan dan menjamin perdamaian dan stabilitas jangka panjang di wilayah tersebut, Selasa (12/12/2023).
Dilansir di Anadolu Agency, Ravil mengatakan pada Forum Muslim ke-19 di Moskow bahwa Rusia mendukung negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
“Ini adalah solusi mendasar untuk mengakhiri kekerasan, menjamin perdamaian jangka panjang dan pembangunan yang stabil di Timur Tengah, keamanan global dan mengurangi ketegangan di seluruh dunia,” ujar dia.
Ia menekankan masalah ini harus diselesaikan secara politik dan mengatakan kekerasan yang terus berlanjut akan menimbulkan konflik baru. “Tanpa perdamaian yang adil dan komprehensif di Tanah Suci (Yerusalem), tidak ada keamanan siapa pun di kawasan ini yang dapat terjamin. Masalah Timur Tengah tetap menjadi salah satu masalah global yang paling kompleks sejak awal,” ujar dia.
Ia menekankan krisis saat ini hanya dapat diselesaikan dengan pembentukan tatanan dunia yang adil berdasarkan prinsip multipolaritas dan keseimbangan berbagai pusat kekuasaan. Kepala Pusat Penelitian Sejarah, Seni dan Budaya Islam (IRCICA) Mahmud Erol Kilic mengatakan akibat dari tindakan agresif terhadap warga Palestina di Gaza jelas merupakan pelanggaran hukum internasional.
Kilic mengatakan agama harus memainkan peran penting dalam membimbing masyarakat pada periode ini. Jumlah korban meninggal warga Palestina akibat serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza telah melonjak menjadi 18.412 orang, kata Kementerian Kesehatan di wilayah kantong yang terkepung itu, Senin.
Setidaknya 50.100 orang lainnya terluka, menurut juru bicara kementerian Ashraf al Qudra. Dia mengatakan 22 rumah sakit dan 46 pusat perawatan primer terpaksa tidak beroperasi akibat pengeboman tersebut.
“Setidaknya 296 petugas medis juga tewas dalam serangan Israel sejak 7 Oktober,” jelas al-Qudra.
Israel melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Gaza menyusul serangan pada 7 Oktober oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, di kota-kota perbatasan Israel. Menurut angka resmi korban tewas Israel dalam serangan Hamas mencapai 1.200 orang.