REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengingatkan pengeboman tanpa henti bisa membuat Israel kehilangan dukungan global.
"Mereka mulai kehilangan dukungan tersebut," kata Biden dalam sebuah acara penggalangan dana di Washington, menurut Reuters, Selasa (12/12/2023).
Australia, Selandia Baru dan Kanada kini mulai menjauhi Israel. Negara sekutu AS ini lebih mendukung gencatan senjata di Gaza. Perdana Menteri Australia, Selandia Baru dan Kanada mendukung upaya-upaya gencatan senjata bukan tanpa alasan. Ketiga negara tersebut mendukung upaya internasional yang mendesak Israel untuk mencapai gencatan senjata yang berkelanjutan di Gaza, demikian pernyataan bersama mereka.
"Kami khawatir dengan semakin berkurangnya ruang aman bagi warga sipil di Gaza. Harga untuk mengalahkan Hamas tidak boleh berupa penderitaan yang terus menerus bagi seluruh warga sipil Palestina," kata mereka dalam pernyataan tersebut.
Namun, Israel menegaskan masih akan berperang di Gaza. Seperti yang disampaikan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant yang mengatakan bahwa perang di Gaza saat ini diperkirakan akan berlangsung lama. "Kami akan mempertahankan diri. Saya berjuang untuk masa depan Israel," kata Yoav Gallant kepada The Associated Press.
Gallant tidak menyebutkan jangka waktu dalam pernyataannya, namun mengindikasikan bahwa tahap saat ini, yang ditandai dengan invasi darat yang intensif dan didukung oleh serangan udara, mungkin akan berlangsung selama berminggu-minggu.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel mengatakan bahwa Israel tidak setuju dengan visi AS untuk pemerintahan Gaza setelah perang. Ia mengatakan bahwa Otoritas Palestina (PA), yang menguasai Tepi Barat yang diduduki, tidak dapat bertanggung jawab atas Gaza.
"Gaza tidak akan menjadi milik Hamas atau Fatah," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan