REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Kasus bunuh diri di Indonesia menjadi fenomena yang memprihatinkan belakangan ini. Banyak anak muda hingga orang tua, nekat mengakhiri hidup dengan berbagai alasan yang melatarbelakangi kehidupan mereka.
Misalnya saja, kasus siswa sekolah dasar yang dibully karena tidak memiliki ayah hingga memutuskan gantung diri, kemudian mahasiswi yang melompat dari sebuah Mal di Semarang, mahasiswi yang juga melompat dari gedung asrama kampusnya di Yogyakarta, hingga mahasiswi UGM yang ditemukan bunuh diri di kosnya.
Lalu kasus bunuh diri di Jagakarsa yang dilakukan oleh seorang suami, tetapi sebelum bunuh diri, ia nekat membunuh keempat anak-anaknya. Dan yang terbaru, kasus bunuh diri satu keluarga di Malang, Jawa Timur dan hanya meninggalkan seorang anak perempuan yang masih duduk di bangku SMP.
Fenomena ini tentu saja menjadi perhatian serius, termasuk dari Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan, KH Ahmad Fahrurrozi. Pria yang akrab disapa Gus Fahrur ini sangat menyayangkan kejadian-kejadian tersebut. Di mana dalam sudut pandangnya, perilaku (bunuh diri) hanya muncul ketika keimanan seseorang tidak cukup kuat dan tidak menjadikan Allah sebagai tempat bersandar.
“Ketakutan yang tidak perlu dan tidak ada sandaran hati kepada Allah SWT, sesulit apapun hidup akan ada solusinya, ada kekuatan menghadapi semua masalah jika manusia punya iman,” kata Gus Fahrur, Rabu (13/12/2023).