REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Ad Interim Erick Thohir mengatakan perlu sebuah terobosan dalam meningkatkan kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian Indonesia.
Erick mengatakan kontribusi sektor pariwisata saat ini hanya sekitar Rp 701 triliun terhadap PDB total yang mencapai Rp 19.700 triliun. Nilai itu masih terpaut jauh dengan sektor pertambangan yang sebesar Rp 2.300 triliun.
"Makanya kemarin, saya sebagai Menko (Marves) duduk dengan Pak Sandi (Menparekraf Sandiaga Uno) di Labuan Bajo membuat dobrakan-dobrakan baru untuk mengangkat industri parawisata ini mencapai Rp 2.000 triliun, tapi cetak birunya harus ada," ujar Erick usai menghadiri acara National Sugar Summit (NSS) di Waskita Rajawali Tower, Jakarta, Rabu (13/12/2023).
Untuk itu, Erick mendorong perbaikan sejumlah hal dalam meningkatkan industri pariwisata Indonesia. Salah satunya mengenai standarisasi bandara internasional yang memberikan pelayanan dan kenyamanan maksimal bagi wisatawan.
Erick telah berbicara kepada Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi untuk mengurangi jumlah bandara internasional. Hal ini bertujuan agar meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia.
"Kita kemarin mendorong kepada Pak Menteri Perhubungan dari 27 bandara internasional cukup 13. Amerika dan Tiongkok saja cuma delapan (bandara internasional). Untuk umroh dan haji silakan ke 27 bandara, tapi waktu masuknya ke 13 bandara. Jangan sampai lebih banyak orang Indonesia ke luar negeri daripada turis luar ke Indonesia. Jadi malah defisit," ucap Erick.
Erick menyampaikan pemerintah pun telah meluncurkan Indonesia Tourism Fund (ITF) sebagai penopang event-event yang ada di destinasi unggulan. Erick menyampaikan event berskala internasional tak hanya membuka mata dunia akan potensi pariwisata Indonesia, melainkan juga memiliki efek berganda bagi perekonomian nasional dan daerah.
"Contoh Mandalika kemarin, satu event MotoGP menghasilkan Rp 4,5 triliun perputaran ekonomi, di mana Rp 3,8 triliun untuk masyarakat atau pemerintah di Lombok yang kalau dilihat perbandingan pertumbuhan ekonominya per tahun itu naik 1,02 persen," sambung Erick.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu juga terus mengonsolidasikan perusahaan-perusahaan BUMN agar dapat menjadi motor penggerak pariwisata Indonesia. Setelah pembentukan InJourney atau holding BUMN pariwisata dan pendukung, Erick berencana menggabungkan dua BUMN pengelola bandara yakni PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II.
"Angkasa Pura baru bicara tahun ini, perlu waktu tiga bulan lagi untuk bisa punya satu standarisasi bandara karena industri penerbangan juga berubah. Kita lihat sekarang banyak negara yang merenovasi bandaranya menjadi sebuah tempat perjalanan yang nyaman," ucap Erick.
Erick menyampaikan penguatan BUMN dapat menjadi tumpuan bagi pemerintah melakukan sejumlah aksi intervensi di sektor transportasi untuk pariwisata. Erick mengatakan pemulihan akibat pandemi masih menjadi tantangan yang baru sebanyak 450 pesawat dari 750 pesawat sebelum pandemi. Kondisi tersebut menjadi salah satu faktor yang membuat harga tiket pesawat menjadi lebih mahal.
"Kita sudah mendorong merger Pelita dengan Citilink, supaya kita punya kekuatan untuk menyeimbangkan harga tiket," kata Erick.