REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dosen Komunikasi Politik Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM), Nyarwi Ahmad, menyampaikan sejumlah catatannya terkait debat capres pertama yang berlangsung pada Selasa (12/12/2023) malam. Menurutnya secara umum debat yang digelar KPU kemarin lebih baik dibanding debat Pemilu 2019.
"Kemudian antarkandidat pertanyaannya lebih tajam. Terus setting panggungnya juga saya kira lebih baik ya," kata Nyarwi kepada Republika, Rabu (13/12/2023).
Hanya saja ia menyayangkan keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang hanya menggelar debat sebanyak lima kali. Mestinya untuk satu sesi debat terdiri dari dua tema. "Debat itu maksimal satu sesi dua tema, jadi harusnya debat lebih dari 10 kali (debat) bukan lima kali," ungkapnya.
Dirinya juga mengomentari beberapa momen yang terjadi saat debat tadi malam. Salah satunya momen saat capres nomor urut 2 Prabowo Subianto menuding pertanyaan capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo yang dinilai tendensius.
"Sebenarnya di dalam debat, pertanyaan tendensius itu wajar. Kalau enggak tendensius itu tidak bisa diklarifikasi. Ini jadi momen para capres mengklarifikasi," kata dia.
Selain itu, Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS) itu menilai para capres mestinya menunjukkan karakternya di dalam debat.
"Yang jelas menurut saya ya ketika debat itu para capres-cawapres enggak masalah menunjukkan karakternya secara natural. Supaya pemilih tahu, pemilih punya informasi yang lengkap," jelasnya.
Ketiga capres juga seharusnya lebih bisa mengelaborasi tema debat dengan hal yang relevan. Bukan hanya menjelaskan topik debat secara makro.
Kendati demikian, capres nomor urut 1 Anies Baswedan dan capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo menurutnya sudah berupaya mengelaborasi tema topik dengan persoalan yang relevan yang dihadapi masyarakat.
"Para kandidat mulai bercerita atau menghasilkan hal-hal yang sifatnya empirik dan aktual ya dan relate itu dilakukan oleh Anies khususnya dan oleh Ganjar bahkan ada nama-nama yang disebut," ujarnya.
Ia juga menjelaskan debat juga menjadi momentum para pemilih untuk mengingat apa yang disampaikan capres. Sebab para capres sering kali lupa dengan apa yang disampaikan saat debat. "Mereka bisa menagih janji juga dari para capres-cawapres," ungkap dia.