REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,25 persen-5,5 persen. Gubernur The Fed, Jerome Powell menyampaikan, kebijakan pengetatan moneter telah berakhir seiring penurunan inflasi yang lebih cepat dari perkiraan. Powell juga mengisyaratkan adanya pemotongan suku bunga dalam waktu ke depan.
The Fed berupaya menjaga harga tetap stabil dengan tetap menjaga lapangan kerja terbuka semaksimal mungkin. Hal ini merupakan dua tujuan ekonomi yang kerap bertentangan.
Setelah inflasi melonjak ke level tertinggi dalam 40 tahun pada tahun lalu, Powell mengatakan, para pejabat The Fed memperkirakan bank sentral sudah bisa menyiapkan soft landing dengan inflasi kembali ke target The Fed sebesar 2 persen.
"Kami melihat pertumbuhan yang kuat dan nampak mulai bergerak moderat. Kami melihat pasar tenaga kerja kembali menuju keseimbangan dan kami melihat inflasi mengalami progres yang nyata," ungkap Powell pada Kamis (14/12/2023) dini hari WIB seperti dikutip dari Reuters.
Saham-saham AS melonjak setelah rilis pernyataan terbaru The Fed dan pembaruan proyeksi ekonomi kuartalan. Indeks S&P 500 naik sekitar 1,4 persen dan Dow Jones Industrial Average melonjak ke rekor penutupan tertinggi. Dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang dan imbal hasil Treasury AS turun.