REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang akhir tahun, biasanya ada proses restrukturisasi oleh perusahaan. Sehingga rentan terjadi putusan hubungan kerja (PHK) di hampir semua sektor industri.
Namun, menurut Varun Mehta, COO Jobstreet Indonesia, peluang pekerjaan di Indonesia tetap tinggi. Menurut data di platform Jobstreet, pada Desember ini, jumlah pengangguran turun jadi 130 ribu.
"Kita lihat di Instagram, atau online, ada job-job dan setelah PHK mulai naik lagi, perusahaan mencari lagi mencari profesional yang tepat dengan kebutuhan sekarang," kata Varun di Jakarta, belum lama ini.
Menurut data pemerintah, ada sekitar 7,6 juta pencari kerja saat ini. Di Jobstreet, lima sektor tertinggi dalam pencarian karyawan, meliputi industri food and beverages (F&B) dengan pertumbuhan mencapai lebih dari 500 persen.
Kemudian ada manufaktur, ritel, edukasi, dan teknologi/IT. Bidang seperti digital marketing, admin, sales termasuk di bidang IT juga banyak dibutuhkan saat ini.
Memang, kata dia, ada banyak pergeseran dalam hal pekerjaan maupun cara bekerja. Namun kemunculan kecerdasan buatan (AI) sebenarnya tidak perlu menjadi kekhawatiran berlebih. AI hanyalah alat yang menawarkan manfaat, seperti halnya awal mula kemunculan internet.
Sumber daya manusia (SDM) perlu terus meningkatkan hard skill maupun soft skill mereka agar bisa bertahan di dunia kerja yang semakin berubah. Sebagaimana internet yang membutuhkan pengoperasian oleh manusia, maka begitu juga AI yang tetap membutuhkan peran manusia.
Jobstreet by SEEK merilis platform baru dan inovasi AI. Peluncuran platform ini merupakan puncak dari kerja keras selama tiga tahun dan investasi sebesar 180 juta dolar AS.
Jobstreet yang baru bertransformasi dengan memanfaatkan AI dari SEEK untuk rekomendasi pekerjaan, pengalaman, dan wawasan yang lebih baik bagi pencari kerja dan perusahaan di Indonesia. Platform SEEK yang digunakan di Australia dan Selandia Baru, kini juga digunakan di Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Singapura.