Kamis 14 Dec 2023 20:37 WIB

Kasus Covid-19 Subvarian EG.5 Masuk Indonesia Melalui Pelaku Perjalanan Luar Negeri

Orang yang baru pulang dari luar negeri dan bergejala Covid-19 diserukan jalani PCR.

Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Kasus Covid-19 dari subvarian Omicron EG.5 diidentifikasi masuk ke Indonesia melalui pelaku perjalanan luar negeri.
Foto: Antara/Fauzan
Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Kasus Covid-19 dari subvarian Omicron EG.5 diidentifikasi masuk ke Indonesia melalui pelaku perjalanan luar negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan subvarian Omicron EG.5 umumnya dibawa oleh pelaku perjalanan dari luar negeri. Subvarian tersebut kini mendominasi jumlah kasus Covid-19 di Indonesia.

"Datangnya dari mana? Terutama dari perjalanan luar negeri. Kenyataanya varian ini penularannya cepat, tapi fatalitasnya sangat rendah," kata Budi usai menghadiri Diskusi Kedaulatan Kesehatan di Jakarta, Kamis (14/12/2023).

Baca Juga

Budi mengatakan, subvarian Omicron EG.1 dan EG.5 telah berhasil diidentifikasi masuk ke Indonesia melalui pelaku perjalanan luar negeri dari sejumlah negara tetangga. Kemenkes melaporkan terdapat lima negara dengan jumlah kasus baru terbanyak dalam beberapa pekan terakhir, yakni Thailand (539 kasus), India (293 kasus), Iran (292 kasus), Afganistan (129 kasus), dan Maroko (116 kasus).

​​​​​​Sedangkan kasus konfirmasi Covid-19 di Indonesia pada Kamis (14/12/2023) dilaporkan mencapai 359 kasus, sebanyak 79 di antaranya dilaporkan sembuh, dan total kasus aktif mencapai 1.449 kasus. Budi mengatakan subvarian EG memiliki ciri penyebaran yang cepat, namun dengan risiko kematian yang rendah.

"Itu sebabnya yang masuk rumah sakit dan sampai meninggal sangat sedikit. Kalau pun ada, sebenarnya meninggalnya bukan karena Covid-19, karena penyakit lain, tapi begitu dites ternyata dia positif," katanya.

Menkes mengimbau para pelaku perjalanan luar negeri yang kembali ke tanah air untuk melakukan tes kesehatan menggunakan PCR, terutama bagi yang bergejala. Selanjutnya, bagi masyarakat yang berisiko tinggi seperti memiliki komorbid, lansia, atau mereka yang aktif melakukan perjalanan ke luar negeri untuk melengkapi dosis vaksinasi dengan booster (penguat).

"Sehingga kalau datang lagi, bisa mengurangi keparahan dari penyakit tersebut. Mumpung vaksinnya juga masih ada," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement