REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus kriminal, pembunuhan, hingga bunuh diri dalam beberapa waktu terakhir kerap meningkat. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan salah satu faktor yang memungkinkan berpengaruh dikarenakan susahnya mencari pekerjaan hingga tekanan ekonomi yang meningkat.
"Memang tidak bisa dibantah lagi bahwa ada korelasi antara dampak dari kesulitan mencari pekerjaan kemudian juga pemulihan ekonomi pascapandemi masih jauh dari harapan, belum merata," kata Bhima kepada Republika, Kamis (14/12/2023).
Bhima menuturkan saat ini juga terdapat tekanan khususnya bagi masyarakat yang ingin membuka bisnis. Sebab, lanjut Bhima, terdapat kenaikan biaya produksi, transportasi, dan bahan baku.
"Ini yang membuat banyak masyarakat, khususnya kelompok rentan stressor-nya meningkat. Jadi sebagian besar disebabkan oleh masalah ekonomi," jelas Bhima.
Bhima mengungkapkan, kondisi tekanan ekonomi tersebut tidak bisa diremehkan. Terlebih, banyaknya sejumlah kasus kriminal dan sosial muncul dengan latar belakang tekanan ekonomi.
"Ada bapak-bapak yang kemudian bunuh diri misalnya karena tidak bisa makan. Ada keluarga bunuh diri karena faktor ekonomi. Ada juga kemudian membunuh anak-anaknya pascapandemi belum bisa mendapatkan pekerjaan lagi karena korban PHK. Ada juga kasus ibu-ibu di daerah Sulawesi terpaksa menitipkan anaknya karena tidak kuat lagi membeli susu karena tidak kuat lagi membesarkan anaknya," ungkap Bhima.
Untuk itu, Bhima menegaskan kondisi tersebut bukan hanya satu persatu kasus. Hal itu melainkan sudah menjadi fenomena nasional.
"Karena terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan masyarakat stres karena ekonomi ini meningkat sangat pesat. Nah kita juga bisa melihat bagaimana ketimpangan justru pascapandemi semakin melebar," ungkap Bhima.