Jumat 15 Dec 2023 14:32 WIB

Ini Dia Ciri Orang yang Mudah Terkecoh Hoaks Menurut Psikolog, Salah Satunya Sering FOMO

Ada ciri orang yang mudah termakan hoaks.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Natalia Endah Hapsari
Muncul dampak negatif jika seseorang terlalu sering terpapar berbagai hal yang tak dipilah kebenarannya di media sosial.  (ilustrasi)
Foto: Dok Republika.co.id
Muncul dampak negatif jika seseorang terlalu sering terpapar berbagai hal yang tak dipilah kebenarannya di media sosial. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan banyaknya informasi yang bertebaran di media sosial, terkadang warganet kesulitan memilah mana yang benar dan tidak. Rentang perhatian yang tak mendalam saat menggulir berbagai konten itu pun turut memengaruhinya.

Psikolog Naomi Tobing mengatakan, sebagian orang pun merasakan takut ketinggalan alias fear of missing out (FOMO) kala mengakses digital platform. Artinya, merasa takut tertinggal informasi atau tren terkini sehingga selalu mencari update dari hal yang hangat dibicarakan.  "Seseorang bisa saja mengejar berbagai update kabar tanpa bisa memahami bahwa dirinya tidak sanggup menerima informasi sebanyak itu," ujar Naomi pada sesi diskusi daring "#SalingJaga Mental Bersama TikTok", Kamis (14/12/2023).

Baca Juga

Dia menyampaikan dampak negatif jika seseorang terlalu sering terpapar berbagai hal yang tak dipilah kebenarannya di media sosial. Seseorang bisa merasa kewalahan, suasana hati mudah berubah, gampang tersinggung, khawatir, dan sulit tidur. 

Apabila hal demikian terus-menerus dibiarkan, bisa mengarah pada kondisi tertekan, depresi, gangguan cemas, serangan panik, bahkan pikiran untuk mengakhiri hidup. Itu sebabnya, Naomi menekankan pentingnya memfilter konten media sosial yang diakses. 

Menurut Naomi, ada ciri orang yang mudah termakan hoaks. Karakteristik yang pertama adalah impulsif, yakni merespons situasi tertentu tanpa pikir panjang. Sementara, normalnya seseorang berpikir dahulu saat dihadapkan pada situasi tertentu, baru merespons.

Ciri lainnya adalah emosional dan merasa konten yang dilihat memproyeksikan dirinya. Ada juga orang-orang yang karena terbiasa disuguhi clickbait, menjadi tidak mau membaca lebih lanjut dan mudah terjebak kesimpulan yang salah dari suatu konten atau kabar. 

Naomi menyarankan seseorang lebih cermat saat menyimak konten apa pun di media sosial. Tonton atau baca sampai habis, baru menyimpulkan sesuatu. Saat akan berkomentar pun, beri jeda pada diri sendiri untuk memikirkan dampak dari komentar itu terhadap orang lain. "Tidak perlu impulsif, sadari bahwa tidak semua konten yang dilihat harus dibagikan kembali. Cek benar atau tidaknya, jangan sampai merugikan orang lain," tutur Naomi.

Tips lain dari Naomi untuk bijak menyikap konten media sosial adalah mengetahui kapasitas mental diri sendiri. Ada baiknya membatasi akses media sosial agar tidak berlebihan dalam sehari, maksimal 30 menit hingga satu jam. 

Dia menyadari menggulir konten di media sosial memang menyenangkan dan adiktif, namun bermedia sosial juga perlu dilakukan dengan penuh kesadaran. Tidak perlu memasang semua aplikasi media sosial di ponsel. Pilih saja yang membuat nyaman dan banyak manfaatnya.

Satu atau dua hari dalam sepekan, tetapkan hari tanpa media sosial untuk melakukan hal lain. Aktifkan fitur-fitur untuk menyaring konten negatif. "Kalau sudah gampang terganggu dengan konten yang ada, saatnya jeda dulu," kata Naomi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement