REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, rupiah berpotensi menguat pada perdagangan Jumat (15/12/2023), seiring dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan Indonesia akan mengalami surplus neraca perdagangan pada November 2023.
"Trade balance (neraca perdagangan) Indonesia yang masih surplus bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah," kata Ariston di Jakarta, Jumat (15/12/2023).
Ia menuturkan, menurut konsensus analis, neraca perdagangan Indonesia pada November 2023 diperkirakan masih surplus 3,05 miliar dolar AS, meski di bawah bulan sebelumnya yang sebesar 3,48 miliar dolar AS.
Selain itu, menurut dia, nilai tukar rupiah masih berpotensi menguat terhadap dolar AS hari ini dengan momentum sinyal pemangkasan suku bunga acuan AS dari Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed. Tingkat imbal hasil obligasi Pemerintah AS terutama tenor 10 tahun, turun ke area 3,9 persen yang mengindikasikan ekspektasi pasar mengenai suku bunga acuan AS ke depan.
Di sisi lain, pagi ini pasar juga akan mempertimbangkan data-data ekonomi China seperti data produksi industri dan penjualan ritel. Data China yang menunjukkan perlambatan bisa menahan penguatan rupiah.
Pada perdagangan Jumat, potensi penguatan rupiah diproyeksikan ke area Rp 15.400 per dolar AS hingga Rp 15.450 per dolar AS, dengan potensi resisten di kisaran Rp 15.530 per dolar AS.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi melemah tipis 11 poin atau 0,07 persen menjadi Rp 15.513 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.502 per dolar AS.