Jumat 15 Dec 2023 14:56 WIB

Tak Cuma Houthi, Iran Juga Bereaksi Keras Sikapi Gugus Tugas Multinasional di Laut Merah

Iran peringatkan gugus tugas di Laut Merah akan picu konflik

Rep: Lintar Satria/ Red: Nashih Nashrullah
Seorang warga Yaman melewati spanduk bergambar bendera Israel dan AS di dek kapal kargo Galaxy Leader, yang disita oleh Houthi di lepas pantai pelabuhan Al-Salif di Laut Merah di provinsi Hodeidah, Yaman, Selasa (5/12/2023).
Foto: EPA-EFE/YAHYA ARHAB
Seorang warga Yaman melewati spanduk bergambar bendera Israel dan AS di dek kapal kargo Galaxy Leader, yang disita oleh Houthi di lepas pantai pelabuhan Al-Salif di Laut Merah di provinsi Hodeidah, Yaman, Selasa (5/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Menteri Pertahanan Iran Reza Ashtiani memperingatkan usulan gugus tugas multinasional untuk melindungi kapal komersial Laut Merah akan menghadapi "masalah luar biasa." Amerika Serikat (AS) yang mengajukan usulan ini.

Pernyataan ini disampaikan setelah pekan lalu AS mengatakan mereka sedang membahas pembentukan gugus tugas tersebut dengan negara-negara Arab. Iran yang mendukung kelompok Houthi di Yaman menentang usulan tersebut.

Baca Juga

"Bila mereka mengambil langkah yang tidak rasional, mereka akan dihadapkan pada masalah yang luar biasa," kata Ashtiani kepada Kantor Berita Mahasiswa Iran (ISNA) Kamis (14/12/2023).

"Tidak ada yang bisa bergerak di wilayah di mana kami memiliki dominasi," katanya, mengacu pada Laut Merah.

Ashtiani tidak merinci langkah-langkah apa yang siap diambil Iran dalam menanggapi pembentukan gugus tugas Laut Merah yang didukung Amerika Serikat. Pekan lalu Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat Jake Sullivan mengatakan Washington sedang  membahas pembentukan gugus tugas maritim dengan negara-negara lain.

"Untuk memastikan keamanan perjalanan kapal-kapal  di Laut Merah," katanya tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.

Kelompok Houthi Yaman telah menolak rencana pembentukan satuan tugas maritim pimpinan Amerika Serikat (AS) di Laut Merah untuk mengusir kelompok tersebut yang menargetkan kapal-kapal Israel.

"Ancaman untuk membentuk koalisi di Laut Merah melawan Yaman tidak ada nilainya," kata Mohammed Ali Al-Houthi, seorang anggota Dewan Politik Tertinggi Houthi dalam sebuah pernyataan yang dikutip Channel Al-Masirah yang bersifat pro-Houthi, Jumat (8/12/2023).

Namun, dia mengatakan tindakan tersebut akan mengancam keamanan dan stabilitas di kawasan.  "Kami bermaksud bertindak secara luas untuk menghentikan agresi Israel terhadap Jalur Gaza," tambahnya.

Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Pentagon, pada Selasa mengatakan bahwa pihaknya siap membantu membentuk satuan tugas maritim untuk melindungi pelayaran dagang di Laut Merah menyusul serangkaian serangan Houthi terhadap kapal-kapal yang diyakini milik Israel.

Amerika Serikat pada Kamis memberi isyarat bahwa beberapa negara penting telah menyatakan minatnya untuk bergabung dalam satuan tugas maritim itu, yang bertujuan mencegah serangan Houthi lebih lanjut.

Baca juga:  Tiba-Tiba Terbangun Tengah Malam dan Ingin Meneruskan Tidur, Baca Doa Rasulullah SAW Ini

Departemen Luar Negeri dan Pertahanan Amerika Serikat memimpin perundingan internasional untuk "memperkuat dan memperluas" Pasukan Maritim Gabungan (Combined Maritime Forces/CMF), sebuah kemitraan angkatan laut yang beranggotakan 39 negara, kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada wartawan.

Sementara itu, Houthi telah mengancam lagi untuk meluncurkan serangan rudal dan drone terhadap kapal-kapal Israel yang melintasi Laut Merah serta Israel sendiri. Hal ini dilakukan Houthi di tengah meningkatnya tekanan internasional terhadap milisi Yaman.

Menteri Pertahanan Houthi, Mohammed Nasser Al-Atefi mengatakan pada hari Rabu (6/12/2023), bahwa milisi akan terus memblokir Laut Merah untuk kapal yang dimiliki atau dioperasikan Israel.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement