REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Pemerintah Kabupaten Lumajang akan melakukan percepatan untuk menanam cabai guna menekan kenaikan harga komoditas tersebut yang terus merangkak naik hingga tembus Rp 80 ribu per kilogram di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
"Kami telah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mempercepat upaya penanaman, sehingga pasokan komoditas cabai rawit bisa tercukupi," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Lumajang, Hairil Diani.
Ia mengatakan komoditas pertanian yang mempengaruhi angka inflasi di Lumajang adalah harga cabai rawit yang mengalami kenaikan selama beberapa pekan. "Kenaikan harga cabai rawit, salah satunya dipengaruhi dengan turunnya produktivitas hasil pertanian, akibat El Nino atau kemarau berkepanjangan," ujarnya.
Hairil mengatakan saat ini produktivitas cabai menurun karena biasanya produksi bisa mencapai 50 kuintal setiap hektare, namun kali ini petani hanya bisa memperoleh satu kali petik itu 14,5 sampai 15 kuintal setiap hektare.
"Hal itu menyebabkan stok di pasaran tentunya berkurang dan mekanisme pasar akhirnya menyebabkan harga cabai rawit melambung tinggi," katanya.
Ia berharap pada awal musim hujan nanti sudah bisa dilakukan penanaman baru untuk perluasan tanaman cabai, sehingga produksinya meningkat dan di pasaran bisa tercukupi.
Pantauan harga sejumlah bahan pokok di Pasar Sukodono Lumajang di antaranya beras premium mengalami penurunan dari Rp 14 ribu menjadi Rp 13 ribu per kg, sedangkan harga beras medium mengalami kenaikan dari Rp 10.800 menjadi Rp 10.900 per kg.
Harga gula pasir sebesar Rp 16.500 per kg, minyak goreng curah Rp 16 ribu per kg, telur ayam ras Rp 26 ribu per kg, cabai rawit Rp 90 ribu per kg, cabai merah besar Rp 70 ribu per kg, bawang merah Rp 24 ribu per kg.
Pemkab Lumajang terus berupaya melakukan pengendalian laju inflasi, salah satunya dengan cara menjaga stabilisasi harga pangan melalui Gerakan Pangan Murah (GPM).