Sabtu 16 Dec 2023 04:53 WIB

Dapatkah Manusia Benar-benar Lepas dari Bahan Bakar Fosil? Ini Pendapat Pakar

Energi memiliki peran penting dalam kehidupan manusia.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Hingga kini, 80 persen energi yang digunakan manusia masih berasal dari bahan bakar fosil.
Foto: www.pixabay.com
Hingga kini, 80 persen energi yang digunakan manusia masih berasal dari bahan bakar fosil.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Energi Internasional (IEA) memprediksi penggunaan bahan bakar fosil global akan mencapai puncaknya pada tahun 2025. Ini salah satunya dipicu oleh kesepakatan COP28 yang hanya mendorong transisi energi, tanpa menghentikan sepenuhnya penggunaan bahan bakar fosil.

Lantas akankah transisi ke energi terbarukan bisa terjadi dengan cepat, dan kita bisa terlepas dari kecanduan bahan bakar fosil? Akademisi dan pakar tentang peran energi dalam masyarakat, Vaclav Smil, sangat skeptis tentang hal itu. Menurut dia, energi memiliki peran penting dalam masyarakat karena bukan sekadar input dalam ekonomi global seperti inovasi atau teknologi informasi - energi adalah ekonomi.

Baca Juga

"Kita adalah masyarakat bahan bakar fosil, saya minta maaf tentang hal ini. Kita berbicara tentang satu miliar ton baja per tahun, empat miliar ton semen, dan empat miliar ton bahan bakar cair. Angka-angka astronomi ini hampir tidak dapat kita pahami. Hal ini mencerminkan betapa pentingnya energi dalam segala hal yang kita lakukan,” kata Smil seperti dilansir BBC, Jumat (15/12/2023).

Spesies manusia purba telah ada selama sekitar 300 ribu tahun. Selama 299 ribu tahun di antaranya, hampir semua dari manusia hidup dalam masa yang singkat yang ditandai dengan kehidupan yang membosankan dan kemiskinan. Semua itu mulai berubah sekitar tahun 1800 ketika manusia mulai mengeksploitasi simpanan fosil sinar matahari yang sangat besar di dunia. Hingga kini, 80 persen energi yang digunakan manusia masih berasal dari bahan bakar fosil.