REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI--Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) turun langsung melakukan kajian dampak gempa di Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi. Hal itu menyusul terjadinya dua gempa besar yang berdampak di wilayah tersebut.
Pertama gempa magnitudo 4,0 pada 8 Desember 2023 dan gempa magnitudo 4,6 pada 14 Desember 2023 lalu. Kepala Stasiun Geofisika Kelas III BMKG Sukabumi, Agung Sabtaji kepada wartawan mengatakan, hingga saat ini sesar yang menjadi penyebab gempa bumi di Sukabumi belum teridentifikasi dan terpetakan dengan baik.
''Kami masih perlu melakukan pengkajian lebih lanjut terkait gempa yang terjadi saat ini,'' ujar Agung, Jumat (15/12/2023). Analisis awal dari BMKG menunjukkan gempa ini adalah gempa bumi tektonik karena aktivitas sesar.
Agung menuturkan, terkait hubungannya dengan panas bumi geothermal yang dicurigai menjadi penyebab gempa masih perlu dikaji lebih lanjut. Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen) di Bandung, yang terdiri dari beberapa ahli kegempaan dan peneliti, belum mampu memetakan geometri sesar di sekitar wilayah Halimun-Salak dengan baik.
Menurutnya, BMKG belum mengetahui penamaan sesar di Halimun-Salak. Harapannya, penelitian lebih lanjut dapat mengidentifikasi sesar yang menyebabkan gempa di lokasi tersebut.
Agung memberikan imbauan kepada warga, terutama bagi rumah-rumah yang mengalami kerusakan sedang hingga berat untuk tidak ditempati kembali rumahnya. Ia mengatakan pentingnya tinggal di tenda sementara, mengingat aktivitas gempa masih berlangsung.
Meskipun magnitudo atau kekuatan gempanya kecil kata Agung, akan tetapi gempa susulan dapat mengancam rumah yang sudah rusak. Sehingga warga diharapkan tetap waspada dan tidak memasuki rumahnya, terutama jika telah disediakan tenda.
Lebih lanjut Agung menerangkan, gempa bumi masih belum dapat diprediksi, dan meskipun intensitasnya menurun, kewaspadaan tetap diperlukan. Sebab, tidak bisa memprediksi kapan akan terjadi gempa susulan dan masyarakat diimbau untuk tetap waspada.