Jumat 15 Dec 2023 23:13 WIB

Moderasi Beragama Jadi Solusi Konflik Dunia

Moderasi beragama menguatkan masyarakat untuk cinta Tanah Air.

Red: Erdy Nasrul
Kepala Balitbang Diklat Kemenag Amien Suyitno.
Foto: ANTARA/HO-Kemenag
Kepala Balitbang Diklat Kemenag Amien Suyitno.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Balitbang Diklat Kementerian Agama (Kemenag) akan menyelenggarakan Konferensi Moderasi Beragama Asia Afrika-Amerika Latin di Kota Bandung pada 19-22 Desember 2023, guna menghadirkan agama sebagai solusi atas berbagai konflik dan permasalahan di dunia.

"Kami ingin ikut andil dalam proses perdamaian dunia. Karena kita tahu bahwa dunia global sedang tidak baik-baik saja. Kami ingin memberikan andil untuk mewujudkan itu," ujar Staf Khusus Menteri Agama Bidang Media dan Komunikasi Publik Wibowo Prasetyo di Jakarta, Jumat.

Baca Juga

Wibowo mengatakan pelaksanaan Konferensi Moderasi Beragama ini menjadi ikhtiar Kemenag yang ingin menyampaikan kepada dunia mengenai praktik-praktik baik tentang keberagaman dan keberagamaan di Indonesia.

Indonesia, kata dia, mampu mengolah isu keberagaman bisa dipelihara dan berjalan dengan baik. Selain itu Indonesia bisa menjadi proyek percontohan bagi dunia, apalagi tak sedikit negara yang belajar praktik moderasi beragama ke Indonesia.

Dalam penyelenggaraannya, kata Wibowo, Kemenag menggandeng Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang telah sukses menggelar kegiatan serupa serta menjadi daya tambah untuk memperkuat dialog antar-tokoh agama dunia.

"Tidak hanya akan dihadiri oleh tokoh lokal, tapi mengundang tokoh internasional untuk mendiskusikan dan mencoba mencari cara atau solusi atas penyelesaian perdamaian dunia," katanya.

Sementara itu Kepala Balitbang Diklat Kemenag Amien Suyitno mengatakan ada tiga alasan diselenggarakannya Konferensi Moderasi Beragama Asia Afrika-Amerika Latin.

Pertama, eskalasi konflik di berbagai belahan dunia yang bisa berkembang kepada politik identitas, sehingga diperlukan langkah nyata, terutama dari sisi agama.

Kedua, Kemenag ingin membuat rencana aksi  yang tak hanya pada permasalahan lokal seperti intoleransi, kekerasan, dan politik identitas, tapi sudah saatnya menjadi solusi permasalahan dunia.

"Kemudian momentumnya menjadi pas, Konferensi Moderasi Beragama yang melibatkan tokoh-tokoh agama untuk berbicara sesuai kapasitas, mencari solusi untuk perdamaian di belahan dunia," kata Amien.

Ketiga, Kemenag ingin kembali mengobarkan semangat Dasasila Bandung. Jika dahulu para pendiri negara berhasil meredam konflik pada masanya dan membuat negara-negara di Asia dan Afrika merdeka, maka Konferensi Moderasi Beragama ini ingin menjadikan agama sebagai jembatan penyelesaian konflik.

"Maka semangat Dasasila Bandung jadi dasar kita menggelar Konferensi Moderasi Beragama Asia Afrika-Amerika Latin," katanya.

Ketua PBNU Ulil Abshar Abdalla mengatakan sejumlah negara yang akan hadir antara lain Mesir, Maroko, Arab Saudi, China, Thailand, India, Brasil, hingga Meksiko.

Negara-negara yang diundang tersebut dianggap memiliki pengaruh kuat dalam penguatan moderasi beragama di negaranya masing-masing. Ia mencontohkan Brasil dan Meksiko yang jumlah penduduk beragama Katoliknya besar, memiliki bobot tinggi untuk melibatkan agama sebagai nilai hidup masyarakat.

"Kami tak mau mengundang negara yang tak memiliki dampaknya, tapi punya peran strategis. Global South (Dunia Selatan) sedang mencari peran yang lebih positif dalam gelanggang politik dunia," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement