Jumat 15 Dec 2023 23:13 WIB

Kereta Bawah Tanah China Kecelakaan, 515 Orang Jadi Korban

Pemerintah China cek warga asing jadi korban kecelakaan kereta.

Sejumlah penumpang duduk di dalam kereta api bawah tanah (subway) line 10 saat pemberlakuan penguncian wilayah (lockdown) parsial di Kota Beijing, China, Ahad (1/5/2022). Penguncian wilayah (lockdown) secara parsial diberlakukan menyusul munculnya 259 kasus positif baru COVID-19 sejak 22 April lalu, bersamaan dengan musim liburan Hari Buruh pada 1-4 Mei 2022.
Foto: ANTARA/M. Irfan Ilmie
Sejumlah penumpang duduk di dalam kereta api bawah tanah (subway) line 10 saat pemberlakuan penguncian wilayah (lockdown) parsial di Kota Beijing, China, Ahad (1/5/2022). Penguncian wilayah (lockdown) secara parsial diberlakukan menyusul munculnya 259 kasus positif baru COVID-19 sejak 22 April lalu, bersamaan dengan musim liburan Hari Buruh pada 1-4 Mei 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan badan terkait masih mengecek apakah ada warga negara asing yang ikut menjadi korban luka dalam kecelakaan kereta bawah tanah di jalur Changping, Beijing.

"Departemen terkait di Beijing telah merilis informasi mengenai kecelakaan kereta bawah tanah di jalur Changping. Kami sedang mengumpulkan informasi apakah ada korban dari warga negara asing," kata Mao Ning saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, China pada Jumat (15/12/2023).

Baca Juga

Pada Kamis (14/12) malam terjadi kecelakaan kereta bawah tanah di jalur Changping, Beijing. Sebanyak 515 orang dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan di mana 102 orang di antaranya mengalami retak atau patah tulang.

Investigasi awal menunjukkan bahwa jalur kereta bawah tanah licin akibat salju sehingga mengakibatkan pengereman darurat dan menghentikan kereta bagian depan.

Sementara kereta bagian belakang yang terhenti di rel yang menurun, tergelincir dan gagal mengerem secara sempurna sehingga menabrak kereta bagian depan, menurut Komisi Transportasi Kota Beijing.

Hingga Jumat (15/12) pagi, sebanyak 423 orang telah meninggalkan rumah sakit, 25 orang masih dalam pengawasan medis sedangkan 67 orang lain dirawat di rumah sakit.

Pemerintah kota telah membentuk tim investigasi untuk menyelidiki lebih lanjut penyebab kecelakaan dan mengevaluasi kondisi darurat.

Beijing memang sedang mengalami hujan salju yang turun sejak Senin (11/12) dan gelombang dingin juga melanda ibu kota China itu.

Menurut Badan Observatorium Meteorologi Beijing, curah hujan salju rata-rata di kota tersebut dari adalah 3,1 mm. Prakiraan cuaca mencatat suhu tertinggi di kota itu pada Kamis (14/12) adalah minus 2 derajat Celcius dan terendah minus 5 derajat.

Setelah hujan salju, pada Jumat, kota tersebut dilanda gelombang dingin, dengan suhu minimum diperkirakan turun di bawah minus 10 derajat Celcius pada malam hari.

China memiliki sistem peringatan cuaca empat tingkat, dengan warna merah mewakili peringatan paling parah, diikuti dengan warna oranye, kuning, dan biru. Sedangkan pemerintah kota Beijing sudah mengeluarkan tiga peringatan yaitu peringatan oranye untuk salju lebat, peringatan kuning untuk jalan yang tertutup es, dan peringatan biru untuk gelombang dingin.

Menanggapi cuaca buruk tersebut, sekolah dasar, sekolah menengah, dan taman kanak-kanak di Beijing mulai meliburkan kelas pada Rabu (13/12) hingga waktu belum ditentukan menurut Komisi Pendidikan Kota Beijing.

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement