REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu menyebutkan pemberian bantuan sosial (bansos) beras dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) El Nino telah berdampak langsung kepada harga beras.
"Peningkatan harga berasnya sudah melambat dan ini berdampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat, khususnya yang menerima BLT El Nino dan terhadap harga beras," kata Febrio dalam konferensi pers APBN KITA Edisi Desember 2023 di Jakarta, Jumat.
Dari awal, dia telah meyakini bahwa pemberian bansos beras dan BLT El Nino dibutuhkan untuk menjaga stabilitas dan daya beli masyarakat, khususnya kelompok miskin dan rentan. Kemenkeu mencatat bantuan beras, daging ayam, dan telur tahap II telah disalurkan sebesar Rp11,2 triliun untuk 21,3 juta Kelompok Penerima Manfaat (KPM) pada September hingga Desember 2023.
Sementara untuk penyaluran BLT El Nino sebesar Rp 200 ribu akan dilakukan sebanyak dua kali pada November dan Desember 2023. Kementerian Sosial (Kemensos) menyebutkan bantuan tersebut akan diberikan untuk 18,8 juta KPM dengan total nilai Rp 7,52 triliun.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan tekanan komoditas beras terhadap inflasi mulai menunjukkan pelemahan pada November 2023, yakni 0,43 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
"Kondisi tersebut sejalan dengan kondisi yang terjadi pada inflasi beras di akhir tahun 2022, di mana pada November tahun lalu tekanan inflasi beras melemah dibandingkan bulan sebelumnya,” kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud.
Menurut Edy, pelemahan tersebut disebabkan bertambahnya kota yang mengalami deflasi beras jika dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya. Selain itu, harga beras pada tingkat produsen pun telah menurun, meski belum tertransmisi sampai ke level pedagang.
Sebelumnya, beras menjadi komoditas utama penyumbang inflasi September dan Oktober, yakni dengan catatan inflasi masing-masing sebesar 5,61 persen dan 1,72 persen (mtm).