Sabtu 16 Dec 2023 20:33 WIB

Perang Gaza Dua Kali Lebih Mematikan untuk Anak-Anak Dibandingkan Konflik Lain

Saat ini 1,9 juta orang atau 85 persen dari populasi Gaza telah kehilangan rumah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Juru Bicara Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) James Elder mengatakan, konflik di Jalur Gaza mempunyai dampak dua kali lebih mematikan bagi anak-anak dibandingkan konflik pernah dilihat dunia dalam 20 tahun
Foto: AP Photo/Marwan Saleh
Juru Bicara Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) James Elder mengatakan, konflik di Jalur Gaza mempunyai dampak dua kali lebih mematikan bagi anak-anak dibandingkan konflik pernah dilihat dunia dalam 20 tahun

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Juru Bicara Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) James Elder mengatakan, konflik di Jalur Gaza mempunyai dampak dua kali lebih mematikan bagi anak-anak dibandingkan konflik pernah dilihat dunia dalam 20 tahun terakhir. Hal itu disampaikan setelah dia melakukan misi selama sepekan di Gaza.

“Pada awal perang ini, UNICEF mengatakan Gaza adalah ‘kuburan bagi anak-anak dan neraka bagi semua orang’. Situasi ini semakin memburuk ketika pengeboman dan pertempuran terus berlanjut,” kata Elder, dilaporkan CNN, Jumat (15/12/2023).

Baca Juga

Dia secara khusus memperingatkan dampak buruk dari kekurangan makanan, air, dan obat-obatan terhadap anak-anak di Gaza. “Anak-anak di Gaza sekarang berada dalam bahaya dari udara (serangan Israel), penyakit di darat, dan kematian karena kelaparan dan kehausan,” kata Elder, seraya menambahkan bahwa ia belum pernah melihat tingkat kehancuran dan keputusasaan seperti itu di tempat lain.

Elder menjelaskan, sebagian besar krisis mempunyai tingkat korban anak-anak sekitar 20 persen. “Ini (konflik Gaza) adalah 40 persen. Konflik ini dua kali lebih mematikan bagi anak-anak dibandingkan konflik yang kita lihat dalam 15 atau 20 tahun terakhir,” ucapnya.

Sejauh ini, agresi Israel ke Gaza yang dimulai sejak 7 Oktober 2023, telah membunuh setidaknya 18.800 ribu jiwa. Sebanyak 8.000 di antaranya merupakan anak-anak. Di antara korban jiwa pun terdapat sekitar 6.200 perempuan. Sementara korban luka telah menembus 51 ribu orang.

Saat ini Israel tengah mengintensifkan serangannya di wilayah selatan Gaza, termasuk Rafah yang dekat dengan perbatasan Mesir. Ketika pertempuran berkecamuk di wilayah utara Gaza, lebih dari 1 juta penduduk mengungsi ke selatan. PBB telah menyampaikan bahwa saat ini tak ada tempat aman di Gaza.

Menurut PBB, saat ini sekitar 1,9 juta orang atau 85 persen dari populasi Gaza telah kehilangan tempat tinggal. Sebagian dari mereka bahkan kehilangan tempat bernaung lebih dari satu kali.

Pekan lalu Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi menuduh Israel berusaha mengusir penduduk Palestina keluar dari Jalur Gaza. “Apa yang kita lihat di Gaza bukan hanya sekadar pembunuhan terhadap orang-orang tak berdosa dan penghancuran mata pencaharian mereka (oleh Israel), tapi juga upaya sistematis untuk mengosongkan Gaza dari penduduknya,” kata Safadi pada 10 Desember 2023 lalu.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement