REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kegiatan 'Galanggang Arang: Anak Nagari Merayakan Warisan Dunia' di Stasiun Kereta Api Kota Solok, Sumatra Barat (Sumbar) menjadi bukti konkret kolaborasi antarkalangan dalam upaya pemajuan kebudayaan dan napak tilas kejayaan Warisan Tambang Batu Bara Ombilin-Sawahlunto (WTBOS) dan jalur kereta apinya.
Diluncurkan pada 19 Oktober 2023 di Kota Padang, Galanggang Arang telah membuka pintu keajaiban dengan melibatkan lebih dari 90 komunitas dari berbagai lapisan masyarakat, mulai pemangku adat, pelaku seni, masyarakat lokal, hingga pelaku industri.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek, Irini Dewi Wanti menjelaskan, Galanggang Arang adalah upaya dari sisi budaya, seni, pendidikan, meningkatkan partisipasi masyarakat, mendorong peran pemerintah, dan membuka berbagai kemungkinan tafsir dan pendekatan untuk menjaga, memelihara, dan mengembangkan WTBOS.
Menurut Irini, penetapan WTBOS sebagai warisan dunia oleh UNESCO merupakan sebuah bentuk pengakuan dunia terhadap arti penting proses pembangunan tambang batu bara Ombilin, penerapan teknologi yang memungkinkan eksplorasi tambang batu bara berhasil dilakukan, alih teknologi modern dan kontribusi sumber energi batu bara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
"Kita berada pada sebuah lokasi stasiun kereta api ini (Stasiun Kota Solok), sebenarnya berada dalam sebuah bagian warisan dunia bernama WTBOS," ujar Irini di Kota Solok, Sumbar dikutip Sabtu (16/12/2023).
Koordinator Kurator Galanggang Arang, Edy Utama, menjelaskan, rumusan kuratorial pada awal pelaksanaan kegiatan berupa serangkaian diskusi dan survei lapangan berhasil memetakan sejumlah isu penting terkait dengan WTBOS. Rumusan tersebut diterjemahkan dalam berbagai bentuk rencana aksi yang diwujudkan dalam program yang didistribusikan ke sejumlah titik lokasi kegiatan.
"Pada pelaksanaannya, masing-masing titik lokasi, yang terdapat di delapan kabupaten dan kota yang terhubung oleh WTBOS memiliki karakteristik dan keunikan, yang memerlukan pendekatan yang berbeda," kata Edy.
Melalui kegiatan jelajah stasiun, Galanggang Arang menghidupkan kembali jalur kereta yang menjadi saksi sejarah perkembangan WTBOS. "Stasiun seperti Padang Panjang, Batu Tabal, Kacang, dan Kayu Tanam menjadi panggung bagi persembahan seni dan pemahaman lebih mendalam terhadap peran mereka dalam sejarah," kata Edy melanjutkan.
Galanggang Arang 2023 tidak hanya menghidupkan kembali sejarah, tetapi juga membuka jalan baru menuju masa depan bagi keberlanjutan budaya di Sumbar, utamanya wilayah yang dilalui jalur kereta WTBOS. Direktur Perfilman Musik dan Media (PMM) Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra menegaskan Galanggang Arang telah memperlihatkan keberhasilan pemajuan kebudayaan dapat terwujud ketika semua kalangan bersatu dan berkolaborasi.