Ahad 17 Dec 2023 10:54 WIB

Warga Palestina Terpaksa Kuburkan Anggota Keluarga di Permakaman Darurat

Keputusan diambil sebab keluarga Palestina kesulitan mencapai pemakaman resmi.

Rep: Lintar Satria / Red: Andri Saubani
Kerabat kameramen Al Jazeera, Samer Abu Daqqa  berduka atas jenazahnya yang gugur akibat serangan udara Israel saat pemakamannya di kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan. Sabtu, (16/12/2023).
Foto: AP Photo/Mohammed Dahman
Kerabat kameramen Al Jazeera, Samer Abu Daqqa berduka atas jenazahnya yang gugur akibat serangan udara Israel saat pemakamannya di kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan. Sabtu, (16/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Keluarga korban serangan udara Israel terpaksa menguburkan jenazah kerabat di kuburan massal darurat yang tersebar di seluruh Jalur Gaza. Keputusan ini diambil sebab keluarga Palestina kesulitan mencapai permakaman resmi karena agresi Israel yang tak berhenti.

Kantor berita Turki, Anadolu Agency melaporkan para warga Palestina mengatakan kuburan-kuburan darurat itu tersebut dimaksudkan untuk sementara waktu hingga gencatan senjata kemanusiaan diumumkan atau perang berhenti. Jenazah akan dipindahkan ke permakaman resmi di kota-kota.

Baca Juga

"(Kami mendokumentasikan) lebih dari 120 kuburan massal sementara di wilayah Jalur Gaza untuk para korban perang Israel yang sedang berlangsung," kata Kepala Euro-Mediterranean Observatory for Human Rights, Rami Abdu, seperti dikutip dari Anadolu, Ahad (17/12/2023).

Dalam pernyataan sebelumnya Abdu mencatat "warga Jalur Gaza terpaksa membangun kuburan massal darurat di lingkungan perumahan, halaman rumah, jalan, aula pernikahan, dan stadion olahraga, karena sulitnya mengakses permakaman utama dan terorganisasi."

"Kami mendokumentasikan lebih dari 120 kuburan massal darurat di mana tiga atau lebih individu dari keluarga yang menjadi korban serangan dimakamkan," katanya.

Abdu menjelaskan keluarga-keluarga tersebut beralih ke opsi tersebut karena "ketidakmungkinan untuk mencapai pemakaman utama akibat penutupan jalan, penghancuran infrastruktur, dan operasi militer yang sedang berlangsung."

"Menggelar permakaman menghadapi kesulitan besar karena hilangnya sebagian besar atau seluruh anggota keluarga, sehingga prosedur pemakaman menjadi tidak mungkin dilakukan. Selain itu, rumah sakit juga menghadapi kesulitan untuk menerima pasien yang meninggal, terutama dengan berhentinya operasi di Kota Gaza dan wilayah utara," katanya.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement