Ahad 17 Dec 2023 16:56 WIB

Bahagianya Warga Depok Ini Usai Ijazahnya Bisa Ditebus dari Sekolah

Ijazah ditahan karena masih ada tunggakan biaya sekolah.

Politikus Partai Nasdem, Idris Sandiya, saat memberi bantuan untuk siswa yang ijazahnya ditahan pihak sekolah karena masih ada tanggungan biaya, Ahad (17/12/2023).
Foto: istimewa/doc humas
Politikus Partai Nasdem, Idris Sandiya, saat memberi bantuan untuk siswa yang ijazahnya ditahan pihak sekolah karena masih ada tanggungan biaya, Ahad (17/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mata Effendy, warga Pancoran Mas, Kota Deok, berkaca-kaca. Akhirnya, ijazah SMA yang sempat tertahan di sekolah, sejak 2018, akhirnya bisa dia simpan.

Saat Effendy resmi dinyatakan lulus, ternyata dia tidak bisa membawa pulang ijazah. Alasannya, karena masih menunggak beberapa kewajiban yang harus dibayar ke sekolah.

“Saya pasti sedihlah. Saat yang harusnya senang lulus sekolah, ternyata belum bisa terima ijazah karena masih nunggak bayar. Sementara, saya tak mungkin memaksa orang tua yang kerjanya tukang parkir untuk melunasi itu,” kata Effendy di rumahnya, Ahad (17/12/2023).

Hal yang sama juga terjadi dengan Raoul Alfath, tetangga Effendy yang hanya beda RW. Ia yang baru dua pekan bekerja di percetakan itu, sudah tiga tahun ijazahnya ditahan pihak sekolah.

“Buat saya, lulus sekolah saja sudah bagus. Bagaimana mungkin saya paksa orang tua yang kerjanya hanya penjaga pintu rumah untuk bayar tunggakan sekolah. Makanya,  tiap hari saya melamar kerja. Alhamdulillah, diterima di percetakan meski tanpa ijazah,” kata Raoul.

Tak heran jika Effendy dan Roul mengaku senang dan terharu, saat pengusaha, Idris Sandiya tiba-tiba datang ke rumahnya. Ia membawa kabar gembira karena memberi bantuan untuk menebus ijazah mereka yang masih tertahan di sekolah. Disaksikan kedua orang tua mereka, caleg DPR RI nomor urut 1 dari Nasdem ini menyerahkan bantuannya.

“Ya Allah, tidak menyangka hari ini saya kedatangan tamu penting yang bawa kabar gembira. Atas nama pribadi, kedua orang tua, dan mewakil masyarakat kecil disini, saya haturkan terimkasih kepada Pak Idris atas kepeduliannya. Semoga Allah SWT bukakan pintu kemudahan buat beliau,” kata Raoul.

Atas bantuan itu, Idris mengaku tindakannya lebih karena panggilan jiwa. Ia merasa tak boleh berhenti peduli kepada sesama. Di samping, ia juga ingin mengajari anak dan keluarga agar selalu memiliki kepekaan dan kepeduliaan sosial.

Kasus Effendy dan Raoul, menurut Idris, harusnya menjadi cermin, bahwa masih banyak orang yang harus dibantu. Jika uang negara tidak dikorupsi, mungkin tak perlu lagi ada siswa yang nunggak bayaran sekolah sehingga ijazahnya ditahan.

Disinggung apa bantuan ini terkait kebutuhan dukungan suara pemilu?  Idris mengaku tidak menampik bahwa dirinya butuh dukungan suara. Namun, yang jauh lebih penting, adalah meluruskan niat. Ia maju sebagai caleg bukan untuk mengeruk kekayaan, seperti dengan korupsi. Ia mengaku justru untuk bisa memberi manfaat buat sebanyak-banyaknya orang.

“Kawal saya, agar saya tidak melenceng dan selalu berada dalam rel yang benar. Karena kalau untuk urusan pribadi dan keluarga, meski relatif, rasanya saya sudah cukup dan tak perlu korupsi,” tegasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement