GENPOP -- Kalimat terkenal Konfusius di antaranya ialah "Bekerja itu adalah kebaikan." Kalimat ini menjadi ajaran Konfusius yang kemudian diterapkan oleh Shibusawa, hingga menjadi dasar dari karakter bisnis Jepang.
Eko Laksono dalam 'Imperium III', menjelaskan beberapa ajaran Kornfusius yang paling berpengaruh. Setidaknya ada tiga ajaran Konfusius yang berkaitan erat dengan ciri orang Jepang dalam menjalankan sebuah bisnis.
1. Bekerja adalah jiwa dan nilai dari hidup itu sendiri
Bekerja bukan cuma kegiatan mencari uang. Dengan memberikan sesuatu yang berharga pada masyarakat dengan bekerja, hidup kita yang singkat pun memiliki nilai.
Hal itu diwujudkan dengan bekerja sebaik-baiknya untuk masyarakat, untuk perusahaan, serta untuk kejayaan bangsa dan negara. Penanaman nilai-nilai ini sangat efektif menjadikan Jepang bangsa yang senang bekerja keras.
2. Uang bukan segalanya
Para pengusaha Jepang tidak pernah dibikin ribet dengan keuntungan jangka pendek yang diperoleh mereka. Mereka tidak sibuk memikirkan berapa banyak untung yang bisa mereka dapatkan.
Justru mereka lebih fokus memikirkan bagaimana mengembangkan dan memperkuat usahanya dalam jangka panjang. Mereka belajar dengan giat, melakukan riset dan pengembangan yang ekstensif pada produk serta proses produksinya.
Orang Jepang juga melakukan berbagai investasi secara terus-menerus. Proses ini akhirnya menciptakan produk yang berkualitas lebih tinggi dengan harga yang makin efisien.
Para pekerja Jepang juga lebih suka memikirkan apa yang bisa mereka sumbangkan pada perusahaan daripada memikirkan bagaimana cara menaikkan gaji mereka.
Namun, tentu ini juga berhubungan dengan kemampuan perusahaan dan pemimpinnya untuk membangun hubungan yang baik dan harmonis dengan karyawannya.
Semua pihak berusaha supaya bisa hidup dan bekerja dalam keharmonisan yang akan membawa pada kebahagiaan. Sejak awal abad 20-an hingga sekarang, produk-produk Jepang menguasai dunia. Dengan sendirinya, secara otomatis mereka menjadi kaya raya.
3. Pendidikan dan proses belajar itu penting
Bagi Shibusawa Eiichi, keunggulan industri hanya dapat diraih dengan belajar, dan belajar lebih baik daripada yang lain. Shibusawa juga berperan sebagai guru yang mengajarkan kepada banyak pengusaha Meiji lainnya tentang bagaimana meningkatkan kualitas usaha.
Juga bagaimana cara belajar, terutama mempelajari Barat dengan efektif. Ini adalah nilai-nilai utama Konfusius, yakni belajar dan menyebarkan ilmu.
Kelangsungan hidup bangsa Jepang ditentukan oleh seberapa besar kemampuan mereka dalam belajar. Jika bangsa Jepang lambat dalam mempelajari keunggulan pengetahuan dan teknologi Barat, kekaisaran Jepang akan dikuasai.
Hal ini juga berlaku dalam ekonomi dan industrinya. Hasilnya, industri Jepang, dan masyarakat Jepang secara umum, belajar dengan intensitas yang luar biasa.
Kita bisa melihatnya sejak proses belajar industri tekstil milik Shibusawa pada era Meiji, dan ketika orang-orang Jepang mempelajari Total Quality Control sejak pasca-Perang Dunia II. []
Sumber: "Imperium III" karya Eko Laksono