REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) Herry Mendrofa mensinyalir, Capres Prabowo Subianto belum bisa move on dari debat pertama Capres di KPU beberapa hari lalu. Herry mengingatkan Prabowo menunjukkan hati yang terbuka atas kritik.
Calon presiden (capres) nomor urut 2 Prabowo Subianto mengucapkan 'ndasmu etik' di acara internal Partai Gerindra. Perkataan Prabowo itu lantas viral di media sosial karena dianggap menyindir Capres Anies.
Ndasmu etik diduga menyangkut pertanyaan Anies soal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) dan Majelis Kehormatan MK (MKMK) terkait batas usia Cawapres yang sebenarnya menguntungkan pasangan Prabowo yaitu Gibran Rakabuming.
"Ya, suasananya begitu, saya rasa Prabowo masih belum move on apalagi jawabannya pun tidak clear, masih banyak asumsi negatif sampai hari ini," kata Herry kepada Republika, Ahad (17/12/2023).
Herry menyebut pertanyaan yang dilontarkan terkait putusan MK masih relevan untuk dibahas di debat Capres. Apalagi peristiwanya masih baru.
"Ini kan soal MKMK jadi kontroversialnya pun masih hangat sampai saat ini, wajar saja," ujar Herry.
Oleh karena itu, Herry menilai, semestinya Prabowo dapat menampilkan sikap dewasa dan terbuka atas kritik pedas. Menurutnya, Prabowo tak perlu mengambil sikap defensif ketika ditanya mengenai putusan MK.
"Harusnya pak Prabowo menunjukkan sikap legowo ya atas kritik. Bagi saya, semua paslon harus menerima apapun pertanyaan tanpa harus menilai lebih dulu atau menjustifikasi lebih dulu atau cenderung menghindar atau defensif," ucap Herry.
Herry malah menganggap capres lain dapat menampilkan sikap lebih fleksibel. Sehingga, Herry mengingatkan, Prabowo tak menunjukkan sikap yang sama sebagai contoh kepemimpinan.
"Justru baik Ganjar dan Anies cukup luwes dan artikulatif selama debat capres kemarin. Maka sikap kesatria dan bijaksana harus ditunjukkan oleh Prabowo, kan ini sebaliknya yang terjadi dan bisa saja menegaskan kembali bahwa Prabowo ternyata antikritik," ucap Herry.