REPUBLIKA.CO.ID, SOLO – PDAM Toya Wening Solo selama satu pekan terakhir sudah tiga kali menghentikan operasional instalasi pengolah air (IPA). Penyebabnya karena kualitas air di Sungai Bengawan Solo yang tercemar limbah alkohol dan tekstil.
"Air berwarna hitam sejak dari tempuran Kali Samin dan Sungai Bengawan Solo. Kami mencurigai limbah berwarna hitam dan berbau seperti alkohol itu dari limbah usaha etanol di Kecamatan Mojolaban dan Kecamatan Bekonang," kata perwakilan Humas PDAM Toya Wening Bayu Tunggul, Senin (18/12/2023).
Menurutnya pencemaran tampak lantaran sudah beberapa pekan ini juga tidak terjadi hujan sehingga aliran air di Sungai Bengawan Solo tidak terlalu deras.
"Jadi limbah dibuang pagi gitu lewat Kali Samin masuk ke Sungai Bengawan Solo. Biasanya volumenya tidak banyak, sehingga kami tidak terganggu, tapi di minggu ini sudah tiga kali airnya hitam pekat banget," katanya.
Kendati demikian, PDAM telah kembali mengoperasikan usai sempat terhenti akibat limbah yang ada di Sungai Bengawan Solo. Meski distribusi air ke pelanggan menunggu reservoir berada di posisi level maksimum.
Ia mengatakan jika biasanya masih ada stok air di reservoir untuk kebutuhan 4-5 jam, kali ini tidak ada persediaan sehingga PDAM tidak dapat mendistribusikan air ke pelanggan. "Baru saja beroperasi lagi, tapi belum terdistribusi," kata perwakilan Humas PDAM Toya Wening Bayu Tunggul di Solo, Jawa Tengah, Ahad (17/12/2023).
Sejumlah IPA yang berhenti beroperasi mulai dari IPA Jurug, IPA Jebres, dan IPA Semanggi. Hal tersebut lantaran jika dilihat dari parameter air baku air yang berbau alkohol tidak dapat diolah menjadi air bersih
"IPA Semanggi sempat terhenti juga tapi limit di reservoir masih ada. Sehingga beberapa kali sementara kami hentikan operasional. Kali ini tampungan reservoir kita limit, kami kehabisan distribusi ke pelanggan," katanya mengakhiri