Senin 18 Dec 2023 13:02 WIB

Kena Getahnya, Ekonomi Israel Tumbuh Melambat

Melambatnya ekonomi Israel sebagian disebabkan oleh dampak negatif perang.

Akibat perang, ekonomi Israel tumbuh melambat.
Akibat perang, ekonomi Israel tumbuh melambat.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perekonomian Israel pada kuartal III 2023 tumbuh lebih lambat dari perkiraan semula, menurut data dari Biro Pusat Statistik Israel pada Ahad (17/12/2023). Kondisi itu meningkatkan prospek dimulainya penurunan suku bunga setelah perang Israel dengan Hamas.

Dilansir Reuters, produk domestik bruto (PDB) Israel tumbuh sebesar 2,5 persen secara tahunan pada periode Juli-September dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 2,8 persen. Berdasarkan basis per kapita, PDB tumbuh 0,6 persen. Padahal perekonomian Israel tumbuh sebesar 6,5 persen pada 2022 dan. Melambatnya ekonomi Israel sebagian disebabkan oleh dampak negatif perang dan pertumbuhan diperkirakan sebesar 2 persen saja pada 2023 ini.

Baca Juga

Untuk 2024, banyak hal yang bergantung pada lamanya perang dan apakah konflik di Gaza masih dapat diatasi atau merembet ke front lain seperti Hizbullah di Lebanon selatan. Serangan Israel di Jalur Gaza dilancarkan setelah serangan dilakukan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Para ekonom memperkirakan kontraksi ekonomi Israel akan terjadi pada kuartal keempat. Data perekonomian mengikuti data pada Jumat yang menunjukkan inflasi berkurang lebih dari yang diperkirakan pada bulan November. Biro tersebut mengatakan tingkat inflasi tahunan Israel turun menjadi 3,3 persen dari 3,7 persen pada bulan Oktober atau di bawah konsensus Reuters sebesar 3,5 namun masih di atas kisaran target pemerintah sebesar 1 persen–3 persen.

"Jelas penurunan suku bunga pada 1 Januari akan kembali terjadi, dengan kejutan inflasi yang menurun," kata Kepala Ekonom Leader Capital Markets Jonathan Katz.

"Pecahnya konflik mendukung melemahnya tekanan inflasi pada sisi permintaan dalam jangka pendek." 

Meskipun pertumbuhan dan harga konsumen melemah, Bank of Israel enggan untuk mulai menurunkan suku bunga jangka pendek. Alasannya, fokus utama pada stabilisasi pasar dan mengurangi ketidakpastian. Namun mata uang Israel, syekel, telah terapresiasi lebih dari 10 persen terhadap dolar AS sejak mencapai titik terendah pada 26 Oktober 2023.

Keputusan untuk mempertahankan suku bunga tetap pada pertemuan terakhir Bank of Israel pada tanggal 27 November adalah yang keempat berturut-turut dan mengikuti 10 kenaikan suku bunga berturut-turut yang telah menaikkan suku bunga acuan dari 0,1 persen pada bulan April 2022 menjadi 4,75 persen pada November 2023.

Risalah diskusi pertemuan terakhir yang dikeluarkan pekan lalu menunjukkan para pembuat kebijakan juga khawatir atas perkiraan kenaikan tajam belanja negara untuk membantu membiayai perang dan kompensasi bagi mereka yang terkena dampak serangan 7 Oktober. Pada kuartal ketiga, belanja konsumen naik 2 persen, ekspor melonjak 7,4 persen, investasi pada aset tetap meningkat 1,6 persen, dan belanja pemerintah naik 5,6 persen.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement