Senin 18 Dec 2023 14:11 WIB

Dokter Ungkap Peran MPASI Cegah Anemia pada Bayi

Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh berbagai faktor.

Rep: Desy Susilawati / Red: Friska Yolandha
Seorang wanita memberi makan bayi (ilustrasi).
Foto: Mahmud HAMS / AFP
Seorang wanita memberi makan bayi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Anak, Dr Lanny Christine Gultom, mengungkapkan bayi kerap mengalami anemia defisiensi besi (ADB). Namun, sebenarnya hal ini dapat dicegah melalui makanan pendamping asi (MPASI) yang baik. 

Ahli Nutrisi yang saat ini menjabat sebagai Staf SMF Kesehatan Anak di RSUP Fatmawati ini menjelaskan ADB adalah rendahnya kadar hemoglobin akibat kekurangan zat besi di dalam tubuh. Anemia defisiensi besi pada bayi tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi didahului oleh dua tahapan sebelumnya.

Baca Juga

Dua tahap itu adalah deplesi besi (berkurangnya cadangan zat besi, namun kadar hemoglobin masih normal) dan defisiensi besi dimana kadar hemoglobin sudah menurun. Bayi yang mengalami deplesi besi dan tidak ditangani dengan baik akan mengalami defisiensi besi.

"Jika kondisi defisiensi besi tidak juga di tangani segera, maka bayi akan mengalami ADB," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (18/12/2023).

Ia menjelaskan anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti suplai zat besi yang rendah (prematuritas, pemberian MPASI yang terlambat, diet vegetarian, gangguan menelan). Penyebab lainnya adalah peningkatan kebutuhan besi (usia bayi, berat badan lahir rendah, pertumbuhan cepat pada masa pubertas/pubertal growth spurt). 

Penyebab lain masalah ini adalah penurunan penyerapan besi di saluran cerna (penyakit inflammatory bowel diseases, infeksi helicobacter pylori, dan lainnya). Bisa pula karena adanya perdarahan (menstruasi yang sering dan berlebih, alergi susu sapi, dan lainnya).

Penelitian Ringoringo pada bayi berusia 0 sampai 12 bulan di Kalimantan Selatan menemukan insidens ADB sebesar 47,4 persen. Insidens ADB pada penelitian ini cenderung lebih tinggi pada bayi yang lahir dari ibu dengan anemia dibandingkan ibu tanpa anemia.

Zat besi juga merupakan salah satu zat gizi penting untuk perkembangan janin, bayi, dan anak, terutama pada perkembangan otak. Defisiensi zat besi mengakibatkan gangguan perkembangan psikomotor dan fungsi kognitif, khususnya fokus dan daya ingat.

Pada saat di dalam kandungan, bayi mendapatkan asupan zat besi dari ibunya yang dapat memenuhi kebutuhan zat besi bayi sampai 4 sampai 6 bulan pertama setelah kelahirannya. Bayi yang lahir cukup bulan dan mendapat ASI eksklusif tidak memerlukan suplementasi zat besi. 

Ketika bayi mencapai usia 4 sampai 6 bulan, cadangan zat besi mulai habis, sedangkan kebutuhan zat besi makin meningkat sehingga menyebabkan bayi lebih rentan untuk mengalami defisiensi besi. Kebutuhan zat besi pada bayi berusia 6 sampai 11 bulan, yaitu 11 mg/hari, yang 97 persen dari kebutuhan ini harus dipenuhi dari MPASI.

Ibu dapat memberikan MPASI... 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement