Senin 18 Dec 2023 21:25 WIB

Tunjukkan Bela Palestina, Guru di Amerika Dihukum, Pembela LGBTQ Malah Didukung?

Amerika Serikat dinilai terapkan standar ganda soal Palestina

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Nashih Nashrullah
 Asap membumbung tinggi dari serangan udara Israel di Jalur Gaza (ilustrasi). Amerika Serikat dinilai terapkan standar ganda soal Palestina
Foto: AP Photo/Ariel Schalit
Asap membumbung tinggi dari serangan udara Israel di Jalur Gaza (ilustrasi). Amerika Serikat dinilai terapkan standar ganda soal Palestina

REPUBLIKA.CO.ID,  ANKARA— Seorang guru di Amerika Serikat keturunan Mesir-Amerika, Hajur El-Haggan mengecam diskriminasi yang diperolehnya. Hajur dibebas tugaskan secara administratif hingga penyelidikan tanda tangan emailnya yang pro-Palestina selesai. 

Kepada CNN, dilansir dari Anadolu, Senin (18/12/2023) Hajur menjelaskan mengapa menambahkan kalimat "Dari Sungai ke Laut, Palestina akan bebas" ke dalam tanda tangan di emailnya. Hajur menegaskan itu dalam rangka penolakannya terhadap ketidakadilan. 

Baca Juga

Hajur ingin menunjukkan pembelaannya terhadap kelompok tertindas seperti yang dialami oleh warga Gaza, Palestina. Hajur ingin menyuarakan kebebasan, keadilan dan hak-hak manusia.

Hajur menolak klaim Liga Anti-Pencemaran Nama Baik PBB (ADL) bahwa frasa tersebut antisemit dan digunakan oleh pendukung kelompok teroris. Hajur mengakui mungkin ada beberapa perdebatan mengenai frase tersebut sama seperti slogan politik lainnya. Namun Hajur menekankan agar memahami makna frase yang ditulisnya secara benar.

“Dan makna yang dimaksudkan adalah kebebasan dan keadilan bagi rakyat Palestina dan masyarakat tertindas pada umumnya,” katanya.

Sementara itu, pengacara Hajur, Zanah Ghalawanji mengatakan kebijakan administrasi sekolah mengenai larangan guru memasukkan pernyataan politik ke dalam email tidak berlaku untuk semua guru.

“Ada guru lain di sekolah yang menambahkan slogan politik ke tanda tangan email mereka, mulai dari Black Lives Matter hingga slogan seputar gerakan LGBTQ. Namun, Hajur adalah satu-satunya yang didisiplinkan karena tanda tangan emailnya," ungkap Ghalawanji.

Ghalawanji mengecam standar ganda yang diterapkan pada karyawan Arab dan Muslim dengan mengatakan bahwa karyawan tersebut didisiplinkan dalam bekerja karena kebijakan yang diterapkan secara tidak proporsional.

Sedangkan karyawan lainnya tidak mendapatkan sikap yang sama seperti yang dialami Hajur. Ghalawanji juga mengatakan bahwa Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mengajukan pengaduan dengan tuduhan bahwa insiden tersebut menunjukkan diskriminasi.

Baca juga: Baca Dzikir Ini Hadapi Cobaan dan Fitnah Berat, Diajarkan Rasulullah SAW dan Para Nabi

Serangan udara dan darat Israel di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober telah menewaskan lebih dari 18.700 rakyat Palestina, yang sebagian besarnya adalah wanita dan anak-anak, serta melukai banyak lainnya.

Perang telah menyebabkan Gaza hancur dan setengah dari perumahan di wilayah pesisir tersebut rusak atau hancur, dan hampir 2 juta penduduk mengungsi di daerah kantong padat penduduk tersebut di tengah kekurangan makanan dan air bersih.

Dari sekitar 240 orang yang disandera Hamas saat serangan lebih dari dua bulan lalu, sekitar 130 orang masih ditahan setelah yang lain dikembalikan dalam gencatan senjata sementara bulan lalu.

photo
Israel kembali menggempur Jalur Gaza setelah berakhirnya gencatan senjata pada Jumat (1/12/2023) pagi. - (Tim Infografis Republika.co.id)

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement