Senin 18 Dec 2023 23:07 WIB

Dampak Perang, Gaza tidak Layak Huni Selama Beberapa Dekade

Kondizi Gaza selama beberapa dekade ke depan tidak layak huni.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
Warga Palestina melihat reruntuhan bangunan rumahnya yang hancur akibat serangan Israel di Rafah, Jalur Gaza, Sabtu (9/12/2023). Serangan udara Israel yang membombardir wilayah Rafah mengakibatkan korban jiwa dan lingkungan rumah warga Palestina hancur.
Foto: AP Photo/Fatima Shbair
Warga Palestina melihat reruntuhan bangunan rumahnya yang hancur akibat serangan Israel di Rafah, Jalur Gaza, Sabtu (9/12/2023). Serangan udara Israel yang membombardir wilayah Rafah mengakibatkan korban jiwa dan lingkungan rumah warga Palestina hancur.

REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM — Ahli Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengingatkan orang-orang Palestina di Gaza. Menurutnya, kondizi Gaza selama beberapa dekade kedepan tidak layak huni, akibat perang mematikan Israel, yang telah menghancurkan daerah perkotaan, lahan pertanian, dan semua infrastruktur dasar di wilayah Palestina yang terkepung.

"Dalam perang dan konflik apa pun, jejak beracun yang ditinggalkan dari generasi ke generasi setelah senjata dibungkam akan ada di sana, karena manajemen puing-puing, instalasi minyak, saluran pembuangan," kata Direktur eksekutif Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), Inger Andersen, dilansir dari TRT World, Senin (18/12/2023).

Baca Juga

PAX for Peace, sebuah organisasi yang berbasis di Belanda yang bekerja di daerah konflik di seluruh dunia, melakukan studi penilaian lingkungan yang cepat di Gaza.

“Kondisi dasar yang dibutuhkan untuk kehidupan di Gaza telah sangat terdegradasi, oleh kampanye militer Israel,” menurut Wim Zwijnenburg, pemimpin proyek perlucutan senjata kemanusiaan di PAX dan salah satu penulis utama studi berjudul "Tidak dapat dihuni?".

Zwijnenburg mengatakan, orang-orang terjebak di Gaza dan pengepungan yang dikenakan di wilayah Palestina, dengan kondisi yang membuat hidup menjadi mungkin, dihancurkan baik dari perspektif kemanusiaan atau lingkungan.

"Itu membuat bagian dari Gaza benar-benar tidak dapat dihuni selama bertahun-tahun, dan mungkin beberapa dekade, yang akan datang. Tampaknya ini adalah strategi yang disengaja oleh pemerintah Israel untuk memaksa orang keluar dari Gaza itu sendiri," katanya.

"Ini adalah penghancuran total dari infrastruktur dasar. Orang Palestina tidak bisa pergi ke mana pun dan tidak bisa mengimpor apa pun untuk membuat hidup lebih baik,” jelasnya.

1. Risiko kesehatan akut dan kronis

Zwijnenburg menjelaskan, dimensi lingkungan dari zona konflik berada di bawah piramida, dengan tingkat pertama berfokus pada risiko akut terhadap kesehatan masyarakat.

“Asap dari pabrik yang dibom, dengan plastik dan bahan kemasan lainnya dibakar, membuat orang terkena zat berbahaya,” katanya, mengutip pabrik minuman ringan al Madina sebagai contoh.

Dia mengatakan sebagian besar pabrik yang dibom memiliki bahan berbahaya dan risiko, yang mereka timbulkan kepada orang-orang tumbuh secara eksponensial jika mereka berada di daerah dengan populasi sipil.

"Kerusakan di Gaza dibandingkan dengan bangunan Ukraina adalah 22 persen. Mengingat fakta bahwa Gaza memiliki 2 juta penduduk dan Ukraina memiliki 14 juta, garis depan Ukraina adalah 1.200 kilometer dan Gaza hanya 40 kilometer, kerusakan relatif di Gaza jauh lebih tinggi," katanya.

2. Keamanan air, infrastruktur

Tingkat kedua piramida mengacu pada dampak publik dan lingkungan langsung dan tidak langsung, termasuk kerusakan sumber daya air dan infrastruktur energi.

Keamanan air telah menjadi aspek penting di Gaza karena serangan Israel telah menghancurkan sebagian besar infrastruktur air, sanitasi, dan kebersihan di kawasan itu.

Menurut laporan PAX, ini sudah mengarah pada risiko kesehatan masyarakat akut dan kronis, yang mengacu pada data PBB yang menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Gaza hidup dengan satu hingga tiga liter air per hari, jauh di bawah ambang batas darurat internasional 15 liter sehari.

“Orang tidak memiliki akses ke air minum bersih, yang akan berdampak pada kesehatan mereka, sementara situasi umum membawa risiko besar wabah penyakit menular,” kata Zwijnenburg.

Mungkin ada wabah diare, dan berpotensi kolera, yang secara khusus dapat berdampak pada populasi yang rentan seperti anak-anak dan orang tua.

3. Pengelolaan limbah runtuh, lahan pertanian rusak

Dimensi ketiga piramida mengacu pada konflik jangka menengah dan panjang dan risiko lingkungan dari puing-puing, kurangnya pengelolaan limbah dan dampak pertanian.

Pengelolaan limbah padat runtuh di Gaza, kata Zwijnenburg, menambahkan bahwa ribuan ton limbah padat yang biasanya disimpan di tempat pembuangan sampah sekarang dibuang di jalan-jalan.

Orang-orang juga membakar limbah padat dan itu berpotensi menyebabkan kebocoran ke sumber air tanah.

“Selain itu, kami memiliki penghancuran besar-besaran daerah perkotaan yang menghasilkan banyak debu. Dan kita tahu bahwa bangunan mengandung asbes dan semen, berpotensi logam berat," katanya.

Lebih dari 25 persen lahan pertanian Gaza juga telah terpengaruh oleh serangan Israel, serta perikanannya.

Zwijnenburg mengatakan, sejumlah besar dukungan diperlukan dari komunitas internasional untuk menghilangkan berton-ton puing di seluruh Gaza, serta pembangunan kembali perumahan dan infrastruktur yang sebenarnya.

Sumber:

https://www.trtworld.com/middle-east/uninhabitable-gaza-will-face-environmental-disaster-for-decades-after-war-16291384

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement