REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mata uang rupiah di akhir perdagangan Selasa (19/12/2023) meningkat, ditopang ekspektasi pasar terkait pemangkasan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Funds Rate (FFR).
"Belum ada perubahan sentimen mengenai ekspektasi pasar soal pemangkasan suku bunga acuan AS. Tidak ada data baru dari AS yang dirilis Senin kemarin," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa (19/12/2023).
Survei CME FedWatch Tool menunjukkan probabilitas pemangkasan suku bunga acuan AS terjadi pada 2024 masih besar, yang dimulai pada Maret. Pasar menantikan data-data ekonomi penting baru khususnya dari AS pekan ini yang mulai dirilis malam ini untuk mengonfirmasi ekspektasi pemangkasan suku bunga tersebut. Ariston menuturkan data-data tersebut berupa data perumahan, data Produk Domestik Bruto (PDB), dan data Core PCE Price Index.
Sementara dalam negeri, pasar mencermati arah kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) ke depan, yang akan ditetapkan melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 20-21 Desember 2023. Bank Indonesia diperkirakan tidak akan menaikkan suku bunga acuannya.