REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK -- Pejabat PBB menyuarakan kemarahan dan ketidakpercayaan situasi di rumah sakit di Gaza. Di mana korban luka tidak mendapat pasokan kebutuhan dasar dan seorang anak yang diamputasi tewas dalam serangan Israel.
"Saya sangat marah, anak yang sedang pemulihan usai diamputasi di rumah sakit meninggal di rumah sakit tersebut," kata James Elder dari badan anak-anak PBB (UNICEF), Selasa (19/12/2023).
Ia menambahkan rumah sakit Nasser satu-satunya rumah sakit besar yang masih beroperasi di Gaza ditembak dua kali dalam 48 jam. Juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Margaret Harris menggambarkan situasi di rumah sakit-rumah sakit di Gaza di luar nalar dan tidak masuk akal.
Negara-negara Barat yang memberikan dukungan penuh pada Israel untuk menggempur Gaza sebagai balasan serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu semakin kritis terhadap operasi militer itu. Terutama karena tingginya korban jiwa sipil yang tewas akibat serangan Israel.
Sebelumnya dilaporkan dalam konferensi pers di Tel Aviv, Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin mengatakan ia berdiskusi dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengenai cara mengurangi kerugian terhadap warga sipil yang terjebak dalam medan pertempuran di Jalur Gaza. Mereka juga membahas transisi dari pertempuran skala besar menjadi konflik intensitas yang lebih kecil.
Setiap operasi akan ada...