Selasa 19 Dec 2023 19:29 WIB

Dies Natalis Ke-74 UGM, Transformasi Digital dan Harmonisasi Inovasi Kunci Indonesia Maju

Indonesia dihadapkan pada sejumlah tantangan mewujudkan negara maju di era digital.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Gita Amanda
Penyampaian laporan tahunan oleh Rektor UGM, Prof Ova Emilia saat Rapat Terbuka Universitas Gajah Mada dalam rangka Dies Natalis ke-74 UGM di Grha Sabha Pramana, Yogyakarta, Selasa (19/12/2023).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Penyampaian laporan tahunan oleh Rektor UGM, Prof Ova Emilia saat Rapat Terbuka Universitas Gajah Mada dalam rangka Dies Natalis ke-74 UGM di Grha Sabha Pramana, Yogyakarta, Selasa (19/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar Rapat Terbuka Dies Natalis ke-74 di Grha Sabha Pramana (GSP), Selasa (19/12/2023). Anggota Dewan Guru Besar Prof Alva Edy Tontowi dalam pidato Dies Natalis ke-74 UGM mengatakan Indonesia dihadapkan pada sejumlah tantangan dalam mewujudkan negara maju di era digital.

Sejumlah tantangan yang dimaksud antara lain disrupsi, dinamika geopolitik global, bonus demografi, dan ancaman perubahan iklim.

Baca Juga

Menurutnya cita-cita Indonesia menjadi negara maju di era digital akan bisa terwujud jika proses tranformasi digital berjalan lancar dengan tetap terjaganya rasio pertumbuhan ekonomi inflasi tinggi yakni di atas 6 persen, lepas dari middle income trap saat bonus demografi, serta siap menghadapi krisis pangan dan energi. 

"Dan yang kedua, terjaganya harmonisasi antar inovasi dalam berbagai aspek teknologi yang diciptakan manusia dengan sisi kemanusiaan bangsa Indonesianya sendiri," kata Alva, di GSP UGM, Selasa (19/12/2023). 

Di akhir pidatonya Alva mengatakan untuk mendukung kedua syarat tersebut maka kedaulatan dan kemandirian industri yang didukung R&D yang kuat meniadi bagian penting dalam proses penguatan ekonomi melalui hilirisasi hasil alam Indonesia. Selain itu dukungan dan partisipasi UGM juga dinilai penting dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa, memajukan Indonesia dalam berbagai bidang dari pedesaan sampai perkotaan. 

"Juga berkontribusi pada solusi perdamaian dunia keberlanjutan peradaban dunia," ungkapnya.

Sementara itu Rektor UGM Prof Ova Emilia dalam laporan tahunannya menyampaikan bahwa dalam menghadapi dinamika kontemporer dan disrupsi di segala bidang di tingkat nasional, regional, universitas dituntut untuk berperan aktif dan beradaptasi secara cepat. 

"Untuk itu UGM telah menggiatkan riset transdisipliner, hilirisasi, dan advokasi kebijakan terutama terkait isu perubahan iklim dan transisi energi bersih, kedaulatan pangan, dan inovasi kesehatan," kata Ova.

Ova mengatakan, UGM juga aktif terlibat dan menginisiasi forum-forum kebijakan yang bertujuan mencari jalan keluar atas berbagai masalah nasional dan global. Menurutnya kunci utama untuk menjadi pemenangan dalam dunia yang penuh disrupsi adalah pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki mindset global, menguasai Iptek terkini, inovatif, lincah dan berjiwa sosiotechnopreneurship. 

"UGM akan turut berperan aktif dalam rangka pemerataan pendidikan untuk mempersiapkan generasi muda masuk ke pasar tenaga kerja, serta mendorong untuk menjadi entepreneur muda dan penggerak transformasi sosial yang lincah serta berpihak kepada kesejahteraan rakyat di berbagai bidang," ucapnya.

photo
Sekretaris UGM, Andi Sandi Antonius Tabusassa Tonralipu membacakan surat keputusan penerima Anugerah UGM di Grha Sabha Pramana (GSP), Selasa (19/12/2023). - (Dokumen UGM)

Menyambut Indonesia Emas 2045, Ova mengatakan bahwa universitas harus bertransformasi dan memperkuat kepemimpinan dalam keilmuan dan inovasi. Salah satu upaya yang dilakukan yakni dengan melakukan kerja sama atau kolaborasi lintas disiplin ilmu, pengembangan penelitian, dan pengetahuan yang mampu mengantisipasi tantangan masa depan, serta membangun pembelajaran yang inklusif.

"Untuk itu universitas harus bertransformasi menjadi pusat penelitian dan pengembangan cutting edge science yang berdampak bagi masyarakat," ujarnya.

Dalam laporannya, Ova mengatakan bahwa UGM saat ini juga tengah membangun Gelanggang Inovasi dan Kreatifitas (GIK). Kehadiran GIK dinilai akan memperkokoh inisiasi di fakultas dan unit dalam melatih kepemimpinan kepekaan sosial, inovasi teknologi, kewirausahaan, dan pengembangan seni dan budaya. 

"Dengan kata lain menjadi hub kreatifitas yang memfasilitasi generasi muda dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan masa depan sehingga tetap adaptif dan kontributif di era yang serba cepat berubah," kata Ova.

Ova menambahkan, dalam rangka membangun kampus inklusif, ramah lingkungan, dan ramah semua kalangan, UGM memiliki fasilitas wellbeing center untuk menjaga kesehatan mental civitas akademika, serta memfasilitasi dan mendampingi UKM Peduli Difable UGM.  UGM juga membangun fasilitas kerohanian di lingkungan kampus untuk mewadahi kegiatan kerohanian umat Katolik, Kristen, Hindu, Buddha dan Konghucu di lingkungan kampus.

Dalam upaya untuk mengukuhkan diri sebagai universitas kelas dunia, UGM juga terus mendorong peningkatan publikasi ilmiah baik di jurnal maupun proceeding internasioanl bereputasi. "UGM juga mengoptimalkan peran learning center sebagai pusat pembelajaran dan penelitian multidisiplin sekaligus mengembangjan hilirisasi penelitian," ujarnya. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement