REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ocean Science Decade 2021-2030 menyebut bahwa sistem pemantauan laut menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Terutama dalam menghadapi isu-isu kelautan terkini seperti polusi, ekosistem, iklim, hingga kebencanaan.
Wakil Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Amarulla Octavian, mengatakan bahwa sistem pemantauan laut yang mumpuni sangat diperlukan, terutama untuk mendukung validasi parameter-parameter ramalan cuaca, pengurangan resiko bencana hidrometeorologi, hingga pemantauan slow-on-set disaster seperti kenaikan permukaan laut dan global warming
Amarulla menyoroti bahwa hingga kini, upaya yang dilakukan Indonesia belum maksimal dalam memonitor sumber daya laut yang dimiliki secara sistematis dan berkelanjutan.
“Untuk mendukung hal tersebut salah satu metodenya adalah dengan memperkuat pengetahuan melalui riset dan inovasi, manajemen, eksplorasi dan disertai visi jauh ke depan. Perlu untuk terus dilakukan koordinasi kerjasama riset dan inovasi skala regional dan internasional,”kata dia seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, Selasa (19/12/2023).
BRIN sendiri mewakili Indonesia di bawah payung UNESCO dalam perencanaan dan pengelolaan ruang laut dan sumberdaya di dalamnya melalui Komisi Oseanografi antar Pemerintah (IOC-UNESCO).
Terkait peran tersebut, BRIN telah mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang mendesak di antaranya, perlunya observasi laut secara real-time dan jangka panjang, koordinasi dengan negara tetangga untuk observasi, pengurangan risiko bencana hidrometeorologi, isu slow-onset disaster seperti kenaikan permukaan laut dan global warming, menghadirkan riset dan inovasi untuk manajemen, perlindungan, dan pembangunan berkelanjutan lingkungan laut, serta menjalin kerjasama regional maupun internasional.
Sementara itu, terkait ketersediaan data hasil pemantauan kelautan, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyebut bahwa di Indonesia keberadaan data pemantauan kelautan masih sangat minim. Maka dari itu ia menekankan perlunya kolaborasi lintas organisasi tidak hanya orang-orangnya saja, tetapi juga data dari masing-masing instansi yang dimiliki harus dikolaborasikan.
“Selain itu satu tantangan yang cukup berat bahkan sampai hari ini belum terpecahkan adalah keberlanjutan data. Meskipun data sudah ada tetapi penyebarluasan data seharusnya tidak ada keterlambatan, seharusnya kita butuh data real time,” terang Dwikorita.
Ia lalu melanjutkan bahwa kebutuhan data yang real time dibutuhkan terutama terkait sensor-sensor yang ada di tengah laut. Saat ini pihaknya masih menggunakan penyedia jaringan telepon satelit komersial untuk menghubungkan sensor-sensor yang ada. Ia berharap ke depan Indonesia dapat memiliki satelit yang dapat dimanfaatkan untuk komunikasi sensor-sensor tersebut.