REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA belum menunjukkan adanya kenaikan elektabilitas partai-partai politik Islam dari perolehan Pemilu 2019 lalu. Terlebih, masih ada 14,7 persen pemilih mengambang atau swing voters yang berpotensi saling direbut oleh partai-partai politik peserta Pemilu 2024.
“Jika dibandingkan dengan perolehan pemilu 2019 tentu data ini belum menunjukkan mereka naik, sebab masih ada 14,7 persen swing voters berpotensi saling direbut,” kata Direktur Citra Publik LSI Denny JA Hanggoro Doso Pamungkas kepada Republika, Selasa (19/12/2023).
Dalam paparan hasil survei terbaru LSI Denny JA, terpampang angka elektabilitas parta-partai politik Islam, yakni Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan 7,7 persen, Partai Keadlian Sejahtera (PKS) dengan 7,3 persen, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dengan 2,9 persen, Partai Gelora dengan 0,3 persen, Partai Ummat dengan 0,1 persen, dan Partai Bulan Bintang (PBB) dengan 0 persen.
“Kita lihat tracking survei berikutnya (untuk melihat Pemilu 2024 menjadi yang terburuk bagi partai politik Islam). Karena kerja-kerja mesin partai politik, para vote getter dan juga partisipasi pemilih di wilayah basis sangat menentukan hasil pemilihan legislatif,” kata dia.
Dari data tersebut, Hanggoro menerangkan, ada dua partai yang potensial tidak lolos parliamentary treshold atau nilai ambang batas parlemen sebesar 4 persen. Menurut dia, kedua partai itu adalah Partai Ummat dan Partai Gelora. Dengan ditambahkan margin of error survei ini yang sebesar 2,9 persen pun perolehan elektabilitas mereka tidak mencapai 4 persen.
Sementara untuk PPP, dan Partai Amanat Nasional (PAN) dengan perolehan 3,3 persen, keduanya diprediksi bisa lolos PT. Sebab, jika ditambahkan dengan rentang margin of error sebesar 2,9 persen, maka perolehan elektabilitas mereka dapat melampaui angka 4 persen.
“Elektabilitas partai ini rendah disebabkan tidak terasosiasi langsung ke calon presidennya. Mesin partai dan program yang ditawarkan ke publik harus lebih gencar lagi. Selain itu, mereka belum optimal meraih suara dari yang puas pada kinerja Jokowi,” kata dia.
Survei ini dilakukan menggunakan metodologi multistage random sampling dengan 1.200 responden. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan wawancara tatap muka dengan menggunakan kuisioner. Waktu pengumpulan data dilakukan pada 20 November 2023-3 Desember 2023 dengan margin of error kurang lebih 2,9 persen.